Permintaan Domestik Masih Loyo, Indonesia Siap-siap Hadapi Resesi
Kalangan menengah atas di Indonesia masih takut merogoh kocek untuk belanja karena pandemi Covid-19 dinilai makin mengkhawatirkan.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, permintaan domestik masih lesu, hanya tersisa sekitar 50 persen hingga 60 persen dari kondisi sebelum ada pandemi corona atau Covid-19.
Dia mengatakan, kalangan menengah atas di Indonesia masih takut merogoh kocek untuk belanja karena pandemi Covid-19 dinilai makin mengkhawatirkan.
"Permintaan dari golongan menengah atas belum pulih. Ekonomi kuartal III dipastikan negatif atau resesi," ujarnya kepada Tribunnews, Kamis (10/9/2020).
Kendati demikian, dia memahami bahwa kalangan 'berduit' itu belum membelanjakan uangnya karena punya simpanan cukup.
"Orang punya duit tidak belanja, mereka tinggal di rumah, PSBB (pembatasan sosial berskala besar). Mereka punya tabungan untuk 2 sampai 5 tahun untuk bisa hidup, tidak mau konsumsi banyak-banyak, irit makan," kata Hans.
Baca: DPR Sayangkan Pernyataan Airlangga, Sebut IHSG Anjlok karena Kebijakan PSBB Ketat Anies Baswedan
Sementara untuk kedepannya, Hans memperkirakan ekonomi Indonesia sulit ditutup pada zona positif hingga akhir tahun 2020.
Baca: Gubernur Anies: Pakai Masker Memang Tidak Nyaman, Tapi Jauh Lebih Tidak Nyaman Kena Covid
"Ekonomi ketika tidak ada permintaan itu mati, pasti kuartal III negatif, bisa 2 persen. Kemudian, kuartal IV tergantung belanja pemerintah, paling tumbuh 0 persen dan akhir tahun berat positif, tapi kabar baiknya kemungkinan tahun depan bisa ekonomi tumbuh," pungkasnya.