Rhenald Kasali: Masyarakat Takut Resesi Disertai Inflasi
Rhenald Kasali mengajak mari elemen masyarakat utamanya perangkat daerah, bekerja hapuskan pungutan liar (pungli).
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, BALIKPAPAN - Sampai kini, ekonomi Indonesia mulai dari makro sampai moneter terus terpuruk di tengah pandemi virus corona. Pada akhirnya, kondisi tersebut mempengaruhi perekonomian negara hingga terancam resesi.
Untuk diketahui, resesi merupakan periode penurunan ekonomi sementara di mana perdagangan dan aktivitas industri berkurang.
Umumnya ditandai dengan penurunan Pendapatan Domestik Bruto dalam dua kuartal berturut-turut.
Atau bisa dimaknai sebagai perlambatan atau kontraksi besar dalam kegiatan ekonomi.
Di kuartal kedua Indonesia sudah mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup dalam, yakni minus 5,32 persen. Jika kondisi ini berlangsung pada kuartal berikutnya. Mau tidak mau, resesi tak bisa dielakkan.
Namun menurut Founder Rumah Perubahan Rhenald Kasali, inflasi juga sangat ditakuti. Bahkan ia memandang, yang paling ditakuti masyarakat adalah inflasi.
Baca: Ekonom Sebut PSBB Jilid II Sebenarnya Menandai Adanya Resesi
"Kenapa? Karena harga-harga melambung naik menjadi masalah. Saya tidak mempersoalkan apakah akan resesi atau tidak, namun seandainya terjadi resesi, apakah bisa menjamin tidak terjadi inflasi," katanya dalam sarasehan nasional yang dirangkai dengan launching TribunKaltara.com secara daring, Jumat (18/9/2020) malam.
Selain Rhenald Kasali, sarasehan virtual ini juga menghadirkan narasumber Menko Perekonomian/Ketua Komite Pelaksana Penanganan Pandemi Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Dr Ir Airlangga Hartato, Ketua Bidang Kebijakan Publik Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sutrisno Iwantono.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Achmad Yurianto, dan Gubernur Kaltara Dr Irianto Lambrie. Acara dipandu oleh Pemred Tribun Kaltim Ade Mayasanto dan Pemred Tribun Sumsel Weny Ramdiastuti.
Lebih lanjut Rhenald Kasali menjelaskan, inflasi adalah kondisi dimana harga barang atau jasa terus menerus mengalami kenaikan.
Ketika terjadi resesi, lanjut Rhenald, biasanya diikuti depresi, dimana pengangguran besar-besaran, permintaan akan barang dan jasa tetap tinggi namun harga juga tinggi. Dicemaskan masyarakat akan kelaparan.
Fenomena yang terjadi saat ini adalah pandemi wabah, dimana masyarakat disuruh istirahat, diminta bekerja, bersekolah dan melakukan aktivitas dari rumah.
"Sejumlah sektor memang ditahan dan diperketat. Dengan begitu, demand turun. Ketika permintaan turun, inflasi akan naik. Sehingga yang ditakutkan adalah ketika resesi, diikuti kenaikan harga-harga," urainya.
Pria yang juga akademisi dan praktisi yang aktif mengemukakan ide dan gagasannya ini memberi tips untuk pemerintah daerah, dalam upaya menanggulangi permasalahan ekonomi yang diakibatkan oleh permasalahan kesehatan akibat Covid-19.
Baca: Pengamat Ungkap Resesi Dipastikan Terjadi Akibat PSBB Jakarta, Tapi Langkah Anies Harus Dilakukan