Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pasar Saham Berpeluang Melemah Pekan Ini, Tertekan Beberapa Sentimen Negatif

Pasar saham dunia juga tertekan beberapa sentimen negatif mulai dari valuasi yang mahal, lonjakan kasus Covid-19

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Pasar Saham Berpeluang Melemah Pekan Ini, Tertekan Beberapa Sentimen Negatif
Tribunnews/Irwan Rismawan
Karyawan perusahaan pialang mengamati harga saham di Profindo Sekuritas Indonesia, Jakarta, Senin (27/7/2020). Tribunnews/Irwan Rismawan 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dampak pembatas sosial berskala besar (PSBB) total yang longgar tetap diperkirakan akan mengganggu aktivitas bisnis dan perusahaan.

Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, selain itu pasar saham dunia juga tertekan beberapa sentimen negatif mulai dari valuasi yang mahal, lonjakan kasus Covid-19, ketegangan China dan Amerika Serikat (AS).

"Hal ini membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kami perkirakan selama sepekan ini berpeluang konsolidasi melemah dengan support di level 4.754 hingga 5.000 dan resistance di level 5.100 sampai 5.187," ujarnya, Senin (21/9/2020).

Kendati demikian, kata Hans, pemberlakukan PSBB Jakarta yang tidak sama persis dengan pemberlakuan PSBB periode pertama atau lebih longgar mampu mendorong IHSG naik awal pekan lalu.

Baca: IHSG dan Kapitalisasi Pasar Kompak Positif Sepekan Ini

"PSBB total ditempuh akibat kenaikan angka infeksi harian dan angka kematian Covid-19 tertinggi di wilayah Jakarta," katanya.

Disisi lain, beberapa perkembangan positif dalam negeri di antaranya adalah keputusan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan.

Baca: Rupiah Bergejolak Hampir Tiga Pekan, Analis Bilang Pemicunya karena Kekhawatiran Resesi

Berita Rekomendasi

BI lebih mengutamakan stabilitas keuangan dalam mendukung perekonomian Indonesia dan mengindikasikan Bank Sentral tetap independen.

Hans menambahkan, biiarpun inflasi sangat rendah, tetapi volatilitas rupiah membuat BI menahan penurunan suku bunga.

BI memastikan kepada pelaku pasar bahwa perjanjian burden sharing dengan pemerintah hanya untuk tahun 2020. Gubernur BI Perry Warjiyo juga mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah menjanjikan akan mempertahankan kebijakan moneter BI tetap independen," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas