Ekonom: Semua Negara Berpeluang Resesi, Bedanya Hanya Tingkat Kecepatan untuk Pulih
Piter Abdullah meyakini semua negara tinggal menunggu waktunya saja untuk menyatakan secara resmi sudah mengalami resesi.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah meyakini semua negara tinggal menunggu waktunya saja untuk menyatakan secara resmi sudah mengalami resesi.
"Semua negara berpotensi mengalami resesi. Perbedaannya hanya masalah kedalaman dan kecepatan recovery (pulih, red)," katanya, Jumat (25/9/2020).
Piter menilai negara-negara yang bergantung kepada ekspor-kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi sangat tinggi-akan mengalami double hit, sehingga kontraksi ekonomi akan jauh lebih dalam.
Baca: Jurang Resesi di Depan Mata, Ekonom Core: Normal di Tengah Wabah, Masyarakat Tidak Perlu Panik
Misalnya saja Singapura yang mengalami kontraksi ekonomi pada triwulan 2 hingga minus 41 persen.
"Di sisi lain, negara-negara yang tidak secara cepat merespons dampak wabah Covid-19, menyelamatkan perekonomiannya, berpotensi jatuh ke jurang krisis, yang artinya proses recovery akan berjalan lambat," ucap dia.
Menurut Piter, resesi menjadi sebuah kenormalan baru.
Dia menilai proses resesi sendiri sudah berlangsung sejak awal tahun ketika wabah Covid-19 mulai melanda China dan menyebar ke berbagai negara.
Jangan Panik
"Saya sudah dari beberapa minggu lalu sampaikan masyarakat tidak perlu panik. Sekali lagi resesi sudah menjadi sebuah kenormalan baru di tengah wabah," kata Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah.
Piter menyerukan, hampir semua negara di dunia mengalami resesi dan yang lebih penting bagaimana dunia usaha bisa bertahan di tengah resesi.
Menurutnya, apabila dunia usaha bisa bertahan, tidak mengalami kebangkrutan, maka kita akan bisa segera bangkit kembali dengan cepat.
"Kita optimis dengan berbagai kebijakan yang sudah diambil oleh pemerintah melalui program PEN, kita akan bisa meningkatkan daya tahan dunia usaha kita, dan kita akan recovery pada tahun 2021," urainya.
Ekonom Indef Sebut RI Dibayangi PHK Massal