Sebut Penolak UU Cipta Kerja Susah Diajak Bahagia, Demokrat Minta Moeldoko Lebih Bijak Berbicara
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko sempat membuat pernyataan bahwa penolak UU Cipta Kerja susah diajak bahagia.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko sempat membuat pernyataan bahwa penolak UU Cipta Kerja susah diajak bahagia.
Menanggapi hal itu, legislator Partai Demokrat Didi Irawadi Syamsuddin meminta Moeldoko untuk lebih bijak menyikapi penolakan UU Cipta Kerja.
"Sikap yang lebih bijak dari Bapak Moeldoko harusnya tetap membuka ruang aspirasi," ujar Didi, ketika dihubungi Tribunnews.com, Senin (19/10/2020).
Didi mengatakan Moeldoko dan pemerintah seharusnya merangkul pihak-pihak yang merasa dirugikan dan menyuarakan penolakannya pada UU Cipta Kerja.
Apalagi, Kepala Departemen Luar Negeri dan Keamanan Nasional DPP Partai Demokrat tersebut menilai yang mengkritik UU Cipta Kerja bukanlah dari kelompok buruh dan mahasiswa saja.
Baca juga: Sebut Penolak UU Cipta Kerja Susah Diajak Bahagia, Mardani: Moeldoko Tidak Paham Soal Pro dan Kontra
"Seharusnya merangkul mereka kembali, memperjuangkan keinginan-keinginan mereka terkait substansi-substansi yang kurang adil dari UU Cipta Kerja," kata Didi.
Baca juga: Ketidakyakinan Buruh Atas Lapangan Kerja Baru dan Klaim Respon Positif Dunia Terhadap UU Cipta Kerja
"Sebagaimana kita ketahui bukan hanya buruh dan mahasiswa yang mengkritik dan protes. Organisasi besar NU, Muhammadiyah, forum rektor, berbagai civil society, kelompok masyarakat adat dan masih banyak yang lain juga melihat UU ini masih kurang adil," imbuhnya.
Sebelumnya, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan, omnibus law Undang-Undang Cipta Kerja merupakan upaya pemerintah agar Indonesia dapat mengikuti kompetisi global.
Ia menyebut, UU Cipta Kerja akan mengubah wajah rakyat Indonesia menjadi bahagia karena memiliki harga diri dan bermartabat.
"Wajah baru Indonesia adalah wajah rakyat. Wajah bahagia di mana kita punya harga diri, punya martabat. Rakyat yang mempunyai daya saing, punya peluang dan karier, serta punya masa depan. Mau diajak bahagia saja kok susah amat," kata Moeldoko dalam keterangan pers, Sabtu (17/10/2020).