Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Dari Pabrik Pipa Besi Kecil, Kapasitas Produksi Gunung Raja Paksi Kini Tembus 2,5 Juta Ton Baja

Saat ini GRP memiliki pabrik dan fasilitas pendukung seluas 200 hektar lebih di Cikarang, Bekasi

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Dari Pabrik Pipa Besi Kecil, Kapasitas Produksi Gunung Raja Paksi Kini Tembus 2,5 Juta Ton Baja
IST
Produksi baja PT Gunung Raja Paksi Tbk. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Serbuan baja impor tidak membuat industri baja nasional surut. Sebaliknya, perusahaan baja yang manajemennya ulet, tetap bisa menguasai pasar baja lokal di tengah ketatnya persaingan yang makin sengit.

Seperti ditunjukkan PT Gunung Raja Paksi (GRP). Perusahaan yang bermula dari pabrik kecil yang memproduksi pipa baja berkapasitas 5 ton di Kota Medan Sumatera Utara, perlahan bisnis besi dan baja perusahaan ini membesar dan kini menjadi salah satu pemain kuat industri baja nasional.

Saat ini GRP memiliki pabrik dan fasilitas pendukung seluas 200 hektar lebih di Cikarang, Bekasi.

Perusahaan ini kini mempekerjakan 5.000 lebih karyawan dan memiliki kapasitas produksi 2,8 juta ton baja per tahun, atau menguasai sekitar 12 persen dari kapasitas produksi baja nasional.

"Selain untuk memenuhi pasar domestik, produksi baja PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP) kini diekspor ke sejumlah negara seperti Kanada, Australia, New Zealand dan beberapa negara di Asia, Timur Tengah dan Eropa," ungkap Abednedju Giovano Warani Sangkaeng, President Director GRP di acara perayaan secara virtual peluncuran logo baru GRP di Cikarang, Jawa Barat, Selasa (20/10/2020).

Abednedju menjeaskan, napak tilas keberhasilan GGRP selama 50 tahun di industri baja nasional bermula dari ambisi dari Djamaluddin Tanoto, Kamaruddin dan Margareth Leroy.

Baca juga: Indef: Baja Impor dengan SNI Palsu Berpotensi Ganggu Proyek Infrastruktur Nasional

Berita Rekomendasi

Ketiganya sepakat untuk menyatukan visi dan memulai langkah pertama mereka, mewujudkan mimpi dan terus berinovasi untuk turut serta dalam membangun negeri.

Bermodalkan kecanggihan mesin Electric Arc Furnace (EAF) berkapasitas 5 ton, perlahan pabrik kecil yang mereka miliki menyumbang kuantitas produsi pipa besi nasional meningkat pesat menjadi 500 ton.

Langkah demi langkah terus diambil dengan penuh ketekunan dan perhitungan, hingga mereka membulatkan tekad untuk berani berekspansi ke Pulau Jawa dengan mendirikan pabrik PT Gunung Garuda di daerah Cikarang Barat pada 1986.

Semangat inovasi untuk terus berkarya kemudian mendorong para founders untuk melakukan observasi, mencari ilmu dan turut berpartisipasi dalam kegiatan industri besi baja dunia.

Di 1971, nama PT Gunung Garuda dan Indonesia perlahan mulai diperhitungkan perannya karena ikut berpartisipasi dalam pembentukan IISIA (The Indonesian Iron and Steel Industry Association) dan SEAISI (The South East Asian Iron and Steel Institute).

Baca juga: Implementasi Kepmen ESDM 89K/2020, PGN Alirkan Gas ke 5 Pelanggan Sektor Baja

Dengan tekad dan ketekunan tinggi, para founders terus meningkatkan kapasitas produksi dan berinovasi membuat produk yang lebih beragam demi memenuhi berbagai kebutuhan baja yang semakin tinggi di era pembangunan dan perbaikan infrastruktur Indonesia.

Pada 1997, mereka kemudian membangun EAF berkapasitas 190 ton untuk memenuhi kebutuhan Steel Plate dan Hot Rolled Coil.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas