Ekonomi Digital di Asia Tenggara Diprediksi Tumbuh Sampai 124 Miliar Dolar AS
Asia Tenggara saat ini merupakan salah satu kawasan yang mengalami pertumbuhan ekonomi digital terbesar dan tercepat
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.CO, JAKARTA - Asia Tenggara saat ini merupakan salah satu kawasan yang mengalami pertumbuhan ekonomi digital terbesar dan tercepat di dunia.
Direktur Digital Business PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk atau Telkom Muhammad Fajrin Rasyid menyampaikan, transaksi ekonomi digital bisa tumbuh mencapai 124 miliar dolar AS.
"Artinya akan ada pertumbuhan lima kali lipat dalam waktu lima tahun saja dari saat ini,” sebut Fajrin dalam program bootcamp terakhir untuk 30 Inovator Digital UMKM 2020, Senin (26/10/2020).
Menurutnya, kondisi ini masih belum dimanfaatkan secara maksimal oleh para pelaku Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) ataupun inovator di Tanah Air.
Padahal, Asia Tenggara cukup banyak dilihat para investor dan diprediksi akan menjadi The Next China atau The Next India.
“Ini merupakan momentum yang harus kita manfaatkan. Jangan sampai kita hanya menjadi pangsa pasar saja dalam pertumbuhan ekonomi yang sangat besar ini,” ujarnya lagi.
Sebab jumlah pengguna internet dan pemakai gawai di Indonesia sangat banyak.
Berdasarkan data yang ada, dari 100 persen transaksi digital, sebanyak 90 persen dilakukan menggunakan telepon pintar.
Dan pengguna gawai terbanyak didominasi oleh kaum milenial.
“Seperempat penduduk Indonesia adalah generasi millenial. Mereka adalah orang yang paling melek internet dibandingkan dengan generasi di atasnya. Kaum millenial ini adalah digital migrant. Ini juga jadi momentum bagi para inovator untuk menjangkau mereka,” ujarnya.
Di satu sisi, singgung Fajrin, profil pelaku UMKM di Indonesia didominasi oleh kalangan yang berusia antara 40-50 tahun.
Kondisi ini menjadi tantangan sekaligus kesempatan bagi generasi millenial untuk terlibat dalam bisnis di dunia digital.
Sementra para inovator bisa menjadi menjadi konektor (penghubung) antara UMKM dengan dunia digital.
Jika generasi millenial ingin berbisnis, mereka tidak harus menjual produk sendiri, tapi bisa bermitra dengan para UMKM