Waspada, Ketidakpastian Global Berpotensi Naik
Pada posisi penutupan September 2020, indeks The Volatility Index (VIX) turun tipis minus 0,15 persen dibanding bulan sebelumnya ke level 26,37.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pada posisi penutupan September 2020, indeks The Volatility Index (VIX) turun tipis minus 0,15 persen dibanding bulan sebelumnya ke level 26,37.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyatakan, penurunan indeks VIX ini mencerminkan sikap investor yang cenderung berhati-hati terutama menjelang pemilihan Presiden di Amerika Serikat (AS).
"Pada saat yang sama, indeks EMBI (emerging markets bond index) terpantau meningkat 3,32 persen dibanding bulan sebelumnya ke level 398,15, yang mencerminkan naiknya imbal obligasi pemerintah di negara-negara emerging," sebut pernyataan LPS, Selasa (3/11/2020).
LPS memperkirakan indeks VIX pada Oktober 2020 masih berpotensi bergerak naik, terutama menjelang diumumkannya data ekonomi kuartal III 2020 dan juga momentum pemilihan Presiden di AS yang semakin dekat.
Baca juga: Menkeu Klaim RI Lebih Baik dari Negara Lain soal Resesi, Ekonom Indef: Jangan Over Optimis
Sementara itu, indeks EMBI kemungkinan masih akan bergerak flat seiring kewaspadaaninvestor atas kondisi ekonomi kuartal III 2020 yang masih belum pulih.
Perbaikan indeks EMBI cukup terbuka jika kesepakan stimulus tambahan dapat dicapai sebelum pemungutan suara dan hasil pemilu Presiden berjalan sesuai ekspektasi pasar.
Baca juga: Miliki Perencanaan Keuangan Matang Dinilai Penting Dalam Hadapi Resesi
Disisi lain, Yield obligasi pemerintah AS diperkirakan masih akan bergerak volatile dengan kecenderungan turun seiring prospek angka pertumbuhan ekonomi di kuartal III.
Selain itu, adanya sinyal kesepakatan stimulus sebelum pemungutan suara Presiden mendorong investor mengambil langkah aman menempatkan dana pada instrumen obligasi pemerintah.
"Yield obligasi pemerintah Indonesia diperkirakan akan stabil seiring masih tingginya likuiditas perbankan yang masuk pasar obligasi dan adanya peluang dana asing mulai masuk setelah pemilu Presiden di AS," tutup keterangan LPS terkait sentimen pasar global.