61 Inovasi Baru Dikembangkan, Ketua Konsorsium Covid-19: Perlu Adanya Triple Helix
Ali Ghufron Mukti mengatakan hingga saat ini sudah ada 61 inovasi baru yang dikembangkan dalam rentang waktu 3 hingga 4 bulan
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Pemerintah terus mendorong pencegahan dan penanganan terkait virus corona (Covid-19) yang telah berdampak pada seluruh aspek, termasuk kesehatan maupun perekonomian.
Mewakili Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN), Staf Ahli Bidang Infrastruktur Kemenristek/BRIN Ali Ghufron Mukti mengatakan hingga saat ini sudah ada 61 inovasi baru yang dikembangkan dalam rentang waktu 3 hingga 4 bulan.
Baca juga: Vaksinolog Jelaskan Rumitnya Proses Pembuatan Vaksin, Keamanan Nomor 1, Kedua Efektivitas
Baca juga: Pimpinan MPR: Dokter, Perawat, dan Tenaga Medis Prioritas Utama Mendapat Vaksin Covid-19
Dalam agenda kuliah umum Dies Natalis ke-66 Universitas Airlangga (Unair) bertajuk 'Menuju Ekonomi Indonesia Berbasis Inovasi', Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 ini menyebut kampus tersebut turut ambil bagian dalam pengembangan teknologi robot.
Satu diantaranya robot raisa yakni robot medical assistant, hasil kolaborasi antara Universitas Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dengan Unair.
"Dalam waktu 3 hingga 4 bulan sudah ada 60 lebih inovasi baru (dikembangkan), termasuk yang terakhir itu (inovasi) Genose. Begitu juga Unair juga menghasilkan inovasi seperti robot," ujar Ghufron, di Aula Garuda Mukti, Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, Senin (9/11/2020).
Namun dari semua inovasi itu, ia menyadari ada kendala yang dihadapi terkait penggunaan inovasi ini, khususnya yang dikembangkan oleh kampus tersebut.
Inovasi robot ini belum terlalu dilirik fasilitas kesehatan seperti rumah sakit untuk membantu para tenaga medis dalam merawat pasien (covid-19).
Padahal kegunaannya difokuskan sebagai medical assistant.
Salah satu pertimbangan untuk mendorong agar inovasi robot ini bisa digunakan rumah sakit (RS) adalah karena banyaknya tenaga medis yang meninggal akibat terlalu sering melakukan kontak dengan pasien.
"Masalahnya satu, bagaimana inovasi ini dipakai RS? Kalau banyak dokter yang meninggal, karena terlalu kontak dengan pasien, kemudian ada robot tapi belum banyak dipakai," jelas Ghufron.
Oleh karena itu, Ghufron menilai perlu dilakukannya sinergi antara pemerintah, akademik dan pelaku industri (triple helix) agar pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan bisa diwujudkan.
"Apa ini kendalanya? inilah kenapa triple helix diupayakan. Jadi siapa saja punya ide bagus, kirim ke Ristek, kalau bagus kita danai untuk diimplementasikan," kata Ghufron.
Sementara itu pada kesempatan yang sama, Rektor Universitas Airlangga, Mohammad Nasih mengakui bahwa pandemi Covid-19 ini menjadi tantangan bagi Unair dalam mengembangkan inovasinya dan menghasilkan ilmuwan handal.
"Bagi sebagian orang, pandemi Covid ini merupakan masalah yang luar biasa, tapi bagi Unair pandemi ini menjadi tantangan bahwa Unair harus berada pada barisan terdepan untuk menghasilkan ilmuwan-ilmuwan yang berkontribusi," jelas Nasih, dalam sambutannya.
Ia kemudian menekankan bahwa civitas kampusnya itu berkomitmen untuk menjadi garda terdepan dalam memberikan kontribusi terhadap upaya penanganan Covid-19 melalui konsorsium ini.
"Sebagian orang tentu berikhtiar untuk menghindari Covid, tapi para civitas Airlangga justru maju untuk berkontribusi. Sungguh ini merupakan hal yang luar biasa, ketika semua orang menjauh, kita malah justru mendekat," kata Nasih.
Dalam agenda Dies Natalis tersebut, turut hadir pula Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.