Joe Biden Disebut Tidak Bisa Leluasa Cetak Uang karena Ada Pandemi Covid-19
Presiden Amerika Serikat (AS) diperkirakan tidak bisa leluasa lagi mencetak uang sesuai tren pemimpin dari Partai Demokrat sebelumnya.
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) diperkirakan tidak bisa leluasa lagi mencetak uang sesuai tren pemimpin dari Partai Demokrat sebelumnya.
Jika Biden nekat menggelontorkan dolar AS dalam jumlah masif dalam bentuk stimulus diyakini membuat mata uang negara lain terapresiasi.
Baca juga: Indef: Kelola Ekonomi Sederhana, Jangan Cari Kambing Hitam dari Luar Negeri
"Mata uang banyak negara akan terapresiasi maka barang AS akan jauh lebih mahal. Jadi, pilihannya tidak sederhana," ujar Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati saat dihubungi Tribunnews, Jumat (13/11/2020).
Baca juga: Indef Sarankan Pemerintah Buat Peta Jalan Industri Perunggasan
Di sisi lain, Enny menjelaskan, hal tersebut bisa diantisipasi sebagai peluang untuk mengoptimalkan gerak ekonomi Indonesia di tengah pandemi.
Sebelumnya, Donald Trump sudah keluarkan stimulus sebesar 2 miliar dolar AS dan ini pengaruhi keuangan Negeri Paman Sam.
Baca juga: Trump Gagal Move On, Ini Sederet Politisi Partai Republik yang Ucapkan Selamat kepada Joe Biden
"Covid-19 merubah peta kekuatan ekonomi dunia. Tidak ada satupun negara super lagi seperti dulu, AS tidak lagi bisa sesuka hati karena kalau dilakukan menyipratkan air ke muka sendiri," katanya.
Selain itu, dia menambahkan, kebijakan proteksi juga akan berlanjut di era Biden, walaupun tidak dilakukan secara 'gila' seperti Trump ke China.
"Biden kan dilakukan lebih hati-hati, tapi pasti dilakukan. Sebab, kalau tidak, daya saing AS akan terganggu karena target unemployment bisa jadi acuan Presiden dimakzulkan," pungkas Enny.