CFO Perusahaan Mainkan Peran Baru, Antisipasi Disrupsi Digital dan Pandemi
chief financial officer (CFO) di sebuah perusahaan memainkan peran sentral dalam menstabilkan bisnis dalam situasi krisis akibat dari disrupsi digitC
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Hasiholan Eko Purwanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat ini, chief financial officer (CFO) di sebuah perusahaan memainkan peran sentral dalam menstabilkan bisnis dalam situasi krisis akibat dari disrupsi digital dan pademi.
Selain itu CFO juga berperan penting untuk memosisikan perusahaan untuk berkembang ketika kondisi membaik.
Baca juga: 4 Faktor yang Membuat Dunia Alami Disrupsi Politik dan Ekonomi
CFO adalah pemimpin yang berkontribusi paling langsung terhadap kesehatan keuangan dan ketahanan perusahaan dari hari ke hari.
Langkah yang diambil CFO akan sangat menentukan dalam menjaga keselamatan dan kesehatan karyawan, stabilisasi bisnis jangka pendek untuk mengantisipasi kondisi normal, serta persiapan jangka panjang bagi perusahaan membuat terobosan berani dalam rangka pemulihan bisnis.
Baca juga: Ada Corona, Menkeu Ajak Pengusaha Antisipasi Disrupsi Pasokan dari China
Peran CFO pada masa kekinian ini dikupas habis dalam webinar bertema: “New Role of CFO in Organization’s Heart and Mind”, Kamis (10/12/2020).
Tampil sebagai pembicara di webinar ini adalah Michael Rehfeld (Managing Director Strategy Accenture), Nixon L.P. Napitulu (CFO BNI), Haru Koesmahargyo (CFO BRI), Jimmy Kadir (CFO Moratelindo), Andy Rahardja (CFO IDS Medical System Indonesia) dan Prof. Roy Sembel (Guru Besar bidang Manajemen Keuangan, IPMI Business School).
Baca juga: Menaker: Responsif terhadap Perubahan, Kunci Usaha Terhindar Disrupsi Ekonomi
Andy Rahardja, CFO IDS Medical System Indonesia mengatakan, pandemi saat ini telah membuka mata banyak pihak, menyadarkan kita semua bahwa fasilitas pelayanan kesehatan di negara kita belumlah mencukupi.
“Kami melihat bahwa perjalanan masih panjang, akan terjadi lonjakan investasi di sektor kesehatan, khususnya dalam 3 tahun ke depan," ujarnya.
Dijelaskan, strategi perusahaannya dalam merealisasikan mimpi meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia, secara garis besar dapat dibagi menjadi 5 prioritas utama.
Pertama, mempercepat investasi alat kesehatan dengan memanfaatkan financial technology.
Kedua, menggalakkan produksi dalam negeri untuk mengurangi tingkat ketergantungan terhadap impor produk kesehatan baik equipment maupun consumables.
Kemudian ketiga, mengembangkan jasa pendidikan di sektor kesehatan (healthcare learning & education) sebagai bentuk upaya untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan mental para tenaga kesehatan.
Keempat, menyediakan jasa perencanaan rumah sakit (Hospital Planning & Advisory Services) dan jasa logistik medis (Medical Logistics).
Dan, kelima, mengembangkan portofolio di bidang Manajemen Aset Pelayanan Kesehatan (Healthcare Asset Management),"lanjut dia.
Terkait disrupsi digital, Nixon L.P Napitupulu, CFO Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BTN), mengungkapkan, hal tersebut tidak bisa dihindari, dan BTN harus adaptasi dalam situasi itu.
Untuk transaksi properti, misalnya, sudah bisa dilakukan secara online. Dengan teknologi augmented reality (AR), calon pembeli sudah bisa lihat rumahnya dalam bentuk 3D.
Nilai transaksi properti secara online di BTN sampai dengan September 2020 sudah mencapai sekitar Rp 1,2 triliun.
BTN lalu melakukan langkah kemitraan dengan fintech untuk payment-nya dan menggandeng Bukalapak dan Tokopedia untuk penjualan rumah, terutama rumah bersubsidi.
BTN juga meluncurkan mobile banking, online property system dan sebagainya.
“Di internal juga kami mulai transisi ke digital untuk bebrapa pekerjaan, lebih efisien,” ujar Nixon.
Berbicara tentang peran CFO, menurut Jimmy Kadir, CFO PT Mora Telematika Indonesia (Moratelindo), selama ini peran yang dijalankannya sebagai direktur keuangan adalah mengelola keuangan, menyusun anggaran dan meningkatkan keuntungan perusahaan.
Kemudian, meningkatkan efisiensi biaya, mengendalikan operasional perusahaan, dan membuat laporan keuangan.
Saat ini, lanjutnya, peran itu tetap dijalankan, tapi dengan penambahan peran baru.
Peran baru tersebut meliputi, antara lain, sebagai agen perubahan, perencana strategis, mengintegrasikan teknologi digital ke dalam fungsi finansial dan memastikan keberhasilan transformasi digital. itu tetap dijalankan
“Saya juga diberikan tugas khusus, di mana departemen keuangan diminta untuk mengatur investasi, yang seharusnya menjadi tugas CEO."
"Tapi saat ini kami yang berperan untuk menentukan kapan harus investasi dan tidak,” Jimmy Kadir menambahkan.
Posisi CFO yang makin strategis juga diungkapkan oleh Haru Koemahargyo, Direktur Keuangan Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI). Sebagai CFO dia bertugas mengawal strategic initiative.
Artinya, pihaknya tidak hanya mengeksplor apa yang dimiliki oleh BRI untuk membukukan profit, tapi juga melakukan apa yang dibangun di masa sekarang dan dinikmati hasilnya di masa mendatang.
Salah satu caranya adalah mengubah KPI (Key Performance Indicators) agar perilaku karyawan BRI berubah sehingga bisa memenuhi visi perusahaan.
Menurut Roy Sembel, Guru Besar bidang Ekonomi Keuangan IPMI International Business School, menghadapi situasi yang makin tidak menentu, para CFO harus meningkatkan strategi ekosistem.
Mereka harus lebih fokus kepada perusahaannya, di mana strategi ekosistemnya harus dikembangkan lebih lanjut.
“Itu akan bagus untuk mereka pelajari agar bisa dikembangkan lebih lanjut. Jadi mereka tidak hanya fokus pada perusahaan dan produk, tetapi pada ekosistem, yaitu bagaimana bisa bersinergi dengan para mitranya," ujarnya.
"Tidak hanya linear di supply chain-nya, tapi supply-chain plus partner-partner yang lain agar saling mendukung dan memberikan produk yang komplemen satu dengan yang lainnya,” ujar Roy Sembel.
Dengan network yang dinamis, untuk bisa bertahan menghadapi gejolak yang lebih kencang, sehingga diharapkan bisa menghasilkan pool of knowledge yang lebih beragam dan memiliki cara pandang yang berbeda agar saling memperkaya satu sama lain.
Terlebih, corporate finance itu harus punya keterkaitan dengan strategi perusahaan.
“Corporate finance tidak bisa berdiri sendiri, ada numbers, ada story behind the numbers, dan ada people behind the story and numbers. Numbers-nya itu corporate finance, story behind numbers-nya adalah keterkaitan corporate finance dan corporate strategy, dan people behind the story and numbers adalah pengembangan human capital dan pengembangan semua mitra yang saling mendukung satu sama lain,” tutur Roy Sembel.