Harga Telur Ayam Tembus Rp 30 Ribu Per Kg, Kemungkinan Terus Naik Sampai Februari 2021
Saat ini harga per kilogram telur ayam telah mencapai Rp 30.000 dan diperkirakan akan terus naik smapai Februari 2021.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga komoditas telur ayam mengalami kenaikan signifikan jelang libur Natal dan Tahun Baru (nataru) 2020. Saat ini harga per kilogram telur ayam bahkan telah mencapai Rp 30.000.
Uni, seorang pedagang sembako di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, mengatakan, dalam sepekan terakhir harga telur memang terus mengalami kenaikan.
Setiap mereka membeli telur dari distributor pasti ada harga baru.
Per peti dengan berat 14 kilogram kenaikan mencapai Rp 20.000. Otomatis kenaikan itu dibebankan pada pembeli.
"Naik terus, sudah lebih dari seminggu. Naik Rp 1.000 per kilo. Dari Rp 26.000, terus Rp 27.000 sampai kemarin sudah Rp 30.000," kata Uni, Sabtu (19/12/2020).
Baca juga: Cara Membuat Siomay Sendiri di Rumah, Ada Siomay Ayam Wansui dan Siomay Tongkol Telur, Cuma 45 Menit
Harga komoditas telur yang terus naik itu membuat para pembeli menyiasatinya dengan memilih telur yang lebih kecil. Sehingga jumlah telur per kilogramnya banyak.
"Dari tadi ibu yang beli cari telur kecil-kecil biar per kilonya minimal ada 15 butir, malah 16 butir. Makanya ini telur gede-gede semua sisa di warung," ujar Uni sambil tertawa.
Kementerian Pertanian (Kementan) memproyeksikan kenaikan harga sejumlah komoditas strategis termasuk telur ini tak hanya berlangsung saat momentum perayaan Natal dan Tahun Baru.
Kenaikan diperkirakan akan terus berlanjut hingga Februari 2021.
"Kami melakukan proyeksi harga 11 komoditas strategis sampai awal Januari 2021 karena hadapi nataru. Telur dan cabai ini masih akan terus meningkat sampai Januari, bahkan mungkin Februari. Baru akan turun melandai setelah Februari," kata Kepala Bidang Harga Pangan Badan Ketahanan Pangan Kementan Inti Pertiwi, Minggu (20/12/2020).
Inti menjelaskan, kenaikan harga telur ini terutama dipicu oleh kian melonjaknya permintaan terhadap telur selama pandemi Covid-19.
Di mana permintaan per kapita per tahun naik hingga 0,09 kilogram.
Tingginya permintaan itu, lanjutnya, terjadi karena telur menjadi sumber protein yang dipilih untuk menggantikan daging, ayam, hingga ikan, atas alasan penghematan karena belum stabilnya ekonomi.
Baca juga: Sulap Mi Biasa Jadi Resep Mie Telur Keju yang Rasanya Ngangenin Banget! Pasti Disuka
Faktor lainnya yang memicu lonjakan permintaan, yakni momentum nataru dan libur sekolah.
Jika kondisi ini terus dibiarkan, Inti memproyeksikan, tak tertutup kemungkinan harganya akan terus melambung di tahun depan.
"Jadi harga masih akan terus naik tapi hanya di pasar tertentu saja. Lebih dari Rp 30.000 mungkin saja, enggak menutup kemungkinan bisa terjadi, telur itu karakternya itu unik dan kebutuhannya tinggi," kata Inti. (tribun network/lis/rey/dod)