Pasar Properti Tetap Tumbuh di Era Pandemi, 2 Faktor Ini yang Jadi Alasannya
Pasar properti alias perumahan masih tumbuh di tengah pandemi virus corona pada tahun ini. Apa penyebabnya?
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pasar properti alias perumahan masih tumbuh di tengah pandemi virus corona pada tahun ini.
Geliat pertumbuhan pun diperkirakan masih akan berlanjut pada tahun depan.
Situs jual beli properti Rumah.com menyatakan, kondisi buyer’s market kemungkinan masih berlanjut di tahun 2021, yaitu ketika ada begitu banyak pilihan properti yang berusaha untuk terjual sehingga pembeli ada di posisi yang diuntungkan.
Baca juga: Repower Asia Optimistis Industri Properti Kembali Bergairah Pada 2021
Namun, kondisi ini tidak akan berlangsung lama. Optimisme penyedia suplai mulai pulih sehingga harga properti diperkirakan akan kembali mengalami kenaikan secara bertahap.
Selain itu, menurut Marine Novita, Country Manager Rumah.com, pihaknya melalui Rumah.com Property Market Outlook 2021 (RPMO 2021) menemukan ada dua hal yang masih menjadi daya tarik utama pasar perumahan tahun depan, yakni konektivitas dan harga.
"Jarak dengan pusat kota tidak lagi menjadi pertimbangan utama selama perjalanannya mudah ditempuh dan bebas macet.
Itu sebabnya, kawasan-kawasan di sekitar kawasan hunian terpadu (planned community), jalan tol baru, dan jalur transportasi massal masih menjadi incaran konsumen properti," ujar Marine dalam keterangan tertulis, Minggu (20/12/2020).
Baca juga: Pemulihan Ekonomi Tingkatkan Kepercayaan Orang Berinvestasi di Properti
Di Jabodetabek, pembangunan infrastruktur jalan difokuskan untuk meningkatkan konektivitas antara kawasan DKI Jakarta dengan kawasan satelit (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), memperlancar aktivitas antar kawasan industri, serta meningkatkan kenyamanan masyarakat penglaju.
Marine memberi contoh adalah pembangunan tol Serpong-Balaraja. Tol dengan panjang 39,80 km ini akan menjadi penghubung wilayah Barat Jakarta, tepatnya dari Kota Tangerang Selatan dengan Kabupaten Tangerang.
Sementara itu, pembangunan jalan tol Jakarta-Cikampek II dilakukan untuk mengurangi beban jalan tol Jakarta-Cikampek I sekaligus memisahkan antara pengguna jalan untuk komuter dan pengguna jalan untuk aktivitas industri.
Sementara itu, tol Cinere-Serpong membuat kawasan Depok menjadi terhubung jalan tol dengan kawasan satelit lainnya, Tangerang Selatan. Cinere-Serpong juga akan terhubung dengan tol Serpong-Kunciran-Cengkareng, sehingga akses ke bandara dari Depok dapat ditempuh dengan lebih singkat.
Di arah sebaliknya, Cinere juga akan terhubung dengan Bekasi lewat tol Cinere-Cimanggis-Cibitung-Cilincing-Tanjung Priok.
Baca juga: Pasar Properti Mulai Rebound, Ditopang Vaksin dan Sentimen Pemulihan Ekonomi
Konektivitas ini berdampak langsung pada perkembangan properti pada daerah-daerah satelit. RIPMI-H menunjukkan kenaikan pada area-area yang dilintasi oleh jalur tol.
Di Depok, misalnya. Saat indeks harga Depok kuartal ketiga 2020 secara keseluruhan mengalami penurunan sebesar 2,61 persen secara tahunan, kecamatan-kecamatan yang dilewati dekat dengan jalur tol baru justru mengalami kenaikan seperti Cimanggis (9 persen), Limo (4 persen) dan Cinere (3 persen).
Sementara itu, kelurahan Cinangka di Kecamatan Sawangan, Depok, mengalami peningkatan hingga 35 persen.
Sejumlah kecamatan di Tangerang Selatan yang berada di sekitar tol Cinere-Serpong juga mengalami kenaikan seperti Pondok Cabe (6 persen), Serpong (12 persen), dan Pamulang (19 persen).
“Langkah pemerintah yang terus menitikberatkan pembangunan infrastruktur konektivitas membuat konsumen semakin yakin bahwa properti-properti di sekitar akses transportasi umum ini memiliki prospek yang bagus di kemudian hari,” ujar Marine.
Berita ini tayang di Kompas.com dengan judul: Dua Hal Ini Bakal Jadi Daya Tarik Pasar Perumahan Tahun Depan