Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Edwin Soeryadjaya: Krisis Akibat Pandemi Jauh Lebih Berat dari Krisis Ekonomi 1998

"Saya realistis saja, saya siap-siap untuk tetap tinggal di rumah dan work from home sampai paling tidak bulan Agustus ini," ucap Edwin Soeryadjaya

Penulis: Lusius Genik Ndau Lendong
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Edwin Soeryadjaya: Krisis Akibat Pandemi Jauh Lebih Berat dari Krisis Ekonomi 1998
stocks.asia
Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga Uno, keduanya pernah berkolaborasi mendirikan perusahaan investasi Saratoga Capital. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Edwin Soeryadjaya (71), Chairman PT Saratoga Investama Sedaya Tbk, menyatakan dirinya sudah siap jika harus menjalani semua aktivitas pekerjaannya dari rumah seluruhnya atau work from home (WFH) hingga akhir tahun 2021 ini karena pandemi.

"Saya realistis saja, saya siap-siap untuk tetap tinggal di rumah dan work from home sampai paling tidak bulan Agustus ini," ucap Edwin dalam obrolan dengan Tribunnews, Kamis (28/1/2021) malam.

Data terbaru akumulasi orang terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia, per Kamis, mencapai 1,04 juta kasus. Sejak 14 Januari lalu, penambahan kasus Covid-19 harian di Indonesia rata-rata di atas 10 ribu kasus, bahkan bisa menembus angka 14 ribu kasus.

Sebaran kasus Covid-19 masih didominasi kota-kota besar seperti, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timut.

Provinsi DKI Jakarta menjadi salah satu episentrum dengan angka terkonfirmasi Covid-19 mencapai 259 ribu kasus.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa-Bali hingga 8 Februari 2021.

Baca juga: Kisah Jatuh-Bangun Edwin Soeryadjaya: Kenangan Pahit Sang Ayah Harus Jual Astra karena Bank Summa

Edwin yang juga anak pengusaha sukses almarhum William Soeryadjaya, pendiri PT Astra International Inc, ini berpendapat, kondisi seperti PPKM akan dijalani masyarakat sekurang-kurangnya sampai bulan Oktober atau November 2021.

BERITA TERKAIT

Pemulihan aktivitas masyarakat, kata Edwin, hanya bisa dilakukan bila herd immunity (kekebalan komunal) sudah mencapai 80 persen.

Jika kekebalan komunal sudah mencapai 80 persen, laju perekonomian nasional juga diprediksi dapat kembali menggeliat.

Edwin Soeryadjaya.
Edwin Soeryadjaya. (Warta Ekonomi)

"Bersyukur sudah ada vaksin, biasanya kalau kekebalan komunal (herd immunity) sudah mencapai 80 persen, itu (roda perekonomian) harusnya sudah bisa bergerak lagi," ujar Edwin.

Pemenuhan target kekebalan komunal sangat bergantung pada seberapa cepat pemerintah dalam memberi atau mendapatkan vaksin Covid-19 dan melakukan vaksinasi kepada masyarakat di semua lapisan.

Menurut laporan Kementerian Kesehatan pada 23 Januari, sebanyak 172.901 tenaga kesehatan sudah menjalani vaksinasi Covid-19. Proses ini akan terus berjalan sehingga bisa mencapai target 1,4 juta tenaga kesehatan pada Februari 2021.

Edwin mengungkapkan, perusahaannya telah melobi pemerintah untuk memperoleh izin mengimpor vaksin Covid-19.

Semua itu dilakukan dalam rangka mengakselerasi proses vaksinasi Covid-19 pada masyarakat. Kata Edwin, pemerintah telah mengizinkan perusahaan-perusahaan yang mampu melakukan vaksinasi mandiri untuk seluruh pegawainya.

"Kita juga sudah melobi pemerintah dan sudah diizinkan. Perusahaan-perusahaan yang mampu untuk melakukan vaksinasi mandiri akan diberikan kesempatan untuk impor, beli langsung dan melakukan vaksinasi pada pegawainya," ucap Edwin.

Edwin mengungkapkan, pihaknya juga bertekad agar proses vaksinasi Covid-19 oleh perusahaannya dapat menyasar elemen masyarakat umum."Tapi sekeliling perusahaan juga kita mau coba untuk membantu," ucap Edwin.

Edwin mengungkapkan, krisis akibat pandemi Covid-19 lebih berat dibanding krisis 1998. Bukan tanpa alasan, semua negara di dunia saat ini terdampak pandemi.

Bahkan rata-rata pertumbuhan ekonomi negara-negara di dunia, pada tahun 2020, terkontraksi mencapai minus 4,2 persen - minus 4,5 persen akibat pandemi Covid-19.

Indonesia sendiri pada kuartal III sempat mengalami kontraksi mencapai minus 2,9 persen."Lebih berat, karena seluruh dunia yang merasakan. Kalau 1998 hanya di Asia," kata Edwin.

Edwin mengungkapkan, salah satu perusahaan dari 29 usaha yang dia kelola mengalami kondisi yang benar-benar sulit akibat pandemi. Bahkan, 450 karyawan di perusahaan yang sangat terdampak itu terpaksa diberhentikan.

"Salah satu perusahaan yang saya kelola itu terus terang, itu sangat berat karena 450 orang tidak lagi bisa bekerja, kita di situ sewa menyewa," ucap Edwin.

Edwin berusaha merelokasi 450 karyawan yang diberhentikan itu untuk menekuni pekerjaan lain.

"Hanya kita coba untuk merelokasi mereka untuk pekerjaan lain, dan mendidik juga, untuk menjadi mandiri," kata Edwin.

Penanganan pandemi Covid-19 dan upaya pemulihan ekonomi nasional (PEN) oleh Pemerintah sudah dilakukan semaksimal mungkin. Edwin berharap agar masyarakat tidak menyerah menghadapi situasi sulit akibat pandemi.

"Kalau Pemerintah kelihatannya sedang melakukan apa yang bisa dilakukan. Untuk kita semua, saya hanya bisa berharap bahwa tidak ada yang mau begitu saja menyerah, harus berupaya terus," ujar Edwin.

"Ikhtiar itu bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti webinar ini banyak bisa hal yang di-share, apa-apa saja yang bisa diperbuat," sambung pria berusia 71 tahun itu.

Namun demikian, bisnis di sektor home industry justru kian merebak di tengah situasi pandemi. Edwin mengungkapkan, beberapa teman anaknya saat ini mulai menggeluti home industry.

"Banyak teman-teman anak saya itu jadi punya home industry. Ada yang bikin kue, ada yang bikin baju, ada yang masak, itu home industry yang bisa berkembang juga," ujar Edwin.

"Yang lain-lain saya kurang tahu, karena kebutuhan saya tidak terlalu banyak. Makan juga cuma tiga kali sehari paling banyak," sambung dia. (tribun network/lusius genik)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas