Cerita 'Wow' Tantowi Yahya Perkenalkan Produk Indonesia di Negara-negara Pasifik
Dan memang koperasi di sini dijalankan dengan sangat baik, profesional, jadi sesungguhnya siapapun termasuk komisi IV, komisi VI DPR
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Hendra Gunawan
Di sini speknya sudah sangat tinggi keamanan, sedangkan produk kita masih di bawah aspek keamanan. Saya pernah komunikasi intens dengan Astra. Susah meningkatkan produk kita sesusai Selandia Baru apalagi kuantitasnya kecil.
Bagaimana dengan spare part?
Di sini ada importir terbesar yaitu Toyota. Dia memonitor pasar Selandia Baru dan pasifik. Mereka yang melakukan importir untuk produk otomotif. Jadi banyak Toyota di sini, baru berbagai produk Eropa. Produk Korea jauh dari bawah.
Mobil Barunya?
80-20. 80% mobil bekas, 20% mobil baru. Jadi kalau kita masuk ke dealer yang dipamerkan mobil bekas tapi kondisinya bagus-bagus. Tahun 2016, 2017, 2018, kilometer baru 20 ribu. Jadi bagi orang sini oke.
Baca juga: Viral TikTok Wanita Dapat Kekasih saat Isolasi Covid-19 di Wisma Atlet, Bermula dari Dititipkan
Di sini mobil antik juga banyak selama memenuhi lolos tes warranty of fitness (WoF), Jadi di sini ada bengkel-bengkel yang diberikan otorisasi kalau kita cek KIR-nya. Tidak bisa kompromi. Kalau mobil tidak layak jalan langsung. Selama mobil itu lolos WoF tahun berapa saja boleh jalan.
Bagaimana bisa koperasi Selandia Baru bisa berjalan baik?
Jadi bermula dari karakter masyarakat Selandia Baru yang egaliter. Mereka di sini sebenarnya selangkah lagi sosialis sebenarnya. All for one, one for all, jadi semua orang harus sama di depan hukum.Semua orang tidak boleh jauh lebih hebat, semua orang tidak boleh secara ekonomi terlalu kuat. Oleh karenanya orang yang memiliki privilege khusus seperti diplomat itu tidak disukai di sini karena diplomat banyak privilege, seperti ada imunitas, tidak bayar pajak.
Mereka tidak suka karena masyarakatnya sangat egaliter. Berangkat dari karakter tersebut, maka sistem ekonominya koperasi menjadi satu-satunya opsi yang bisa diterima. Karena konsep koperasi itu cooperation ya, jadi kerja sama sifatnya kolaboratif.
Dan memang koperasi di sini dijalankan dengan sangat baik, profesional, jadi sesungguhnya siapapun termasuk komisi IV, komisi VI DPR itu kalau mau belajar koperasi itu ke Selandia Baru. Karena inilah negara yang dijalankan ekonominya secara koperasi.
Sayangnya teman-teman saya di DPR itu selama saya di sini empat tahun itu belum ada yang berkunjung ke sini khusus mempelajai koperasi. Koperasi di sini persis seperti sebuah korporasi.
Misal peternak susu, tugas Anda hanya memperhatikan produksi susu, Bagaimana meningkatkan selebihnya tugas koperasi. Jadi koperasi lah yang mengambil susu Anda perah setiap hari. Pagi-pagi itu datang tangki dari koperasi mengambil susu dari tang yang Anda siapkan. Ada argometer.
Susu yang Anda produksi dihargai dengan harga terbaik berdasarkan pasar internasional hari itu. Dan Anda akan dibayar apakah seminggu sekali, sebulan sekali, sesuai dengan perjanjian. Dipastikan Anda mendapatkan harga jual terbaik.
Kemudian sebagai anggota koperasi Anda akan mendapatkan share. Sesuai dengan produksi Anda. Semakin besar output produksi Anda makin besar saham yang Anda punya. Jadi anggota koperasi benar-benar peternak. Kalau dia koperasi peternak.