Bursa Eropa dan Asia Kompak Melemah, Apa yang Harus Dilakukan Investor?
Pelemahan kompak menimpa Indeks Eurostoxx minus 0,08 persen, FTSE London minus 0,15 persen, DAX German minus 0,51 persen
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Riset PT Reliance Sekuritas Lanjar Nafi mengatakan, bursa Eropa pada perdagangan hari ini kembali masih dibuka di zona merah.
Pelemahan kompak menimpa Indeks Eurostoxx minus 0,08 persen, FTSE London minus 0,15 persen, DAX German minus 0,51 persen, dan CAC40 Perancis minus 0,35 persen.
"Semua bergerak turun setelah pergerakan yang cukup suram pada ekuitas Asia-pasifik," ujarnya dia melalui risetnya, Rabu (24/3/2021).
Lanjar menjelaskan, Jerman, Prancis, dan Italia telah memperluas pembatasan terkait virus dan infeksi melonjak di tempat lain.
Selanjutnya, investor akan menanti hasil lelang utang lima dan tuju tahun dan data persediaan minyak di Amerika Serikat (AS).
Baca juga: Investor Pemula Perlu Kenali Dulu Makna Berinvestasi di Saham Agar Tak Terjebak Jadi Spekulan
Selain itu, juga masih akan terfokus pada volatilitas harga komoditas tambang yang mengkhawatirkan hingga perkembangan pembatasan baru di Eropa yang diduga mengganggu penyerapan komoditas dari perdagangan ekspor.
Baca juga: 27 Calon Emiten Baru Siap Melantai di Pasar Modal
Sebelum bursa Eropa kebakaran, indeks Asia justru lebih parah lagi yakni indeks saham Jepang, China, Hong Kong hingga Korea Selatan ditutup turun signifikan.
Indeks Nikkei tercatat minus 2,04 persen, TOPIX minus 2,18 persen, Hang Seng minus 2,03 persen, CSI300 minus 1,61 persen, dan KOSPI minus 0,28 persen.
Tidak ketinggalan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup minus 1,54 persen atau turun 96,57 poin ke level 6156.14.
Lanjar menambahkan, indeks Asia turun setelah turunnya optimisme pemulihan dari pendemi yang membebani pergerakan ekuitas diseluruh dunia. Ekuitas Hong Kong jatuh mendekati koreksi di tengah keputusan kota untuk menghentikan sementara vaksin BioNTech SE," pungkasnya.