Ombudsman RI Sebut Stok Beras di Indonesia Masih Aman hingga April 2021
Hasil pengumpulan data yang dilakukan Ombudsman RI menunjukkan, stok beras di Perum Bulog per 14 Maret 2021 mencapai 883.585 ton
Editor: Choirul Arifin
Laporan Reporter Tribunnews.com, Rizki Sandi Saputra
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ombudsman Republik Indonesia meminta Pemerintah menunda keputusan impor beras hingga awal Mei 2021.
Pasalnya, hingga April 2021 stok pengadaan beras di Indonesia masih masuk dalam kategori aman.
“Ombudsman meminta Kemenko Perekonomian untuk melaksanakan rakortas (rapat koordinasi terbatas) guna menunda keputusan impor hingga menunggu perkembangan panen dan pengadaan oleh Perum Bulog pada awal Mei,” kata anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika dalam konferensi pers, Rabu (24/3/2021).
Yeka membeberkan, hasil pengumpulan data yang dilakukan Ombudsman RI menunjukkan, stok beras di Perum Bulog per 14 Maret 2021 mencapai 883.585 ton dengan rincian 859.877 ton stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP), dan 23.708 ton stok beras komersial.
Baca juga: Mendag Muhammad Lutfi Siap Mundur Jika Keputusan Impor Beras Dinilai Keliru
Dari jumlah stok CBP yang ada saat ini, terdapat stok beras yang berpotensi turun mutu sekitar 400 ribu ton, yang berasal dari pengadaan dalam negeri selama periode 2018-2019, dan yang berasal dari importasi di 2018.
Baca juga: Impor Beras, INDEF: Petani Makin Sakit, Gara-gara Harga Gabah Ditekan
Sehingga, stok beras yang layak konsumsi kurang dari 500 ribu ton, atau sekitar 20 persen dari kebutuhan beras rata rata tiap bulan yakni 2,5 juta ton.
Yeka menegaskan, berdasarkan informasi dari Kementerian Perdagangan, per Februari 2021, stok beras yang ada di penggilingan padi sebesar 1 juta ton.
Stok beras di LPM, 6,3 ribu Ton; Stok di PIBC sekitar 30,6 ribu ton; stok di Horeka sekitar 260,2 ribu ton, dan di rumah tangga sekitar 3,2 juta ton.
"Ombudsman merujuk angka sementara Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2021, luas panen padi dari Januari hingga April 2021 mencapai 4,86 juta hektar," lanjut Yeka.
Dari luas panen itu kata Yeka, total potensi produktivitas padi pada sub-round Januari-April 2021 di Indonesia sebesar 25,37 juta ton GKG dan diperkirakan mempunyai potensi produksi beras pada Januari-April 2021 sebesar 14,54 juta ton beras.
Angka itu berarti mengalami kenaikan sebesar 3,08 juta ton (26,84 persen) dibandingkan produksi beras pada sub-round Januari-April 2020 yakni sebesar 11,46 juta ton.
Yeka menyimpulkan, Indonesia tidak memerlukan impor beras dalam waktu dekat ini, hingga setidaknya awal Mei 2021.
“Merujuk data stok pangan dan potensi produksi beras nasional di 2021, Ombudsman menilai bahwa stok beras nasional masih relatif aman, dan tidak memerlukan Impor dalam waktu dekat ini,” tukas Yeka.
Tergantung Serapan Bulog
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyatakan, pihaknya masih melihat kinerja penyerapan beras oleh Perum Bulog di masa panen raya 2021.
"Kalau penyerapan dari Bulog ini bagus, kita tidak perlu impor beras. Ada tahun-tahunnya yang kita tidak perlu impor seperti tahun 2019 dan 2020," tutur Mendag saat konferensi pers virtual, Jumat (19/3/2021).
Mendag berkata rencana impor beras ini adalah tanggung jawab dirinya.
"Saya yang minta rakor dengan Menko Perekonomian untuk dibicarakan masalah stocking Bulog ini karena ini sudah sangat mengganggu saya," tuturnya.
Dia menilai impor perlu dilakukan untuk mengantisipasi ketersediaan beras di gudang Bulog yang kurang dari satu juta ton.
Mendag berkilah pernyataan Direktur Utama Bulog yakni iron stok masih 800 ribu stok, belum dihitung dengan turun mutu.
"Hitungan saya berarti stocking Bulog sudah bisa dikatakan hanya 500 ribu ton. Ini adalah salah satu stocking terendah dalam sejarah Bulog," imbuhnya.
Berdasarkan data hingga Maret 2021, Bulog baru dapat menyerap 85 ribu gabah petani di musim panen raya ini.
"Bukan salah Bulog karena yang dijual petani gabah dalam kondisi basah faktor dari hujan yang tidak berhenti. Sedangkan Bulog memiliki aturan hanya menerima gabah yang dalam kondisi kering," pungkas Mendag.