Tak Punya Program Hilir, Perum Bulog Kesulitan Salurkan Cadangan Beras Pemerintah
Perum Bulog kesulitan menyalurkan cadangan beras pemerintah (CBP) yang ada di gudang.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) kesulitan menyalurkan cadangan beras pemerintah (CBP) yang ada di gudang Bulog.
Dirut Bulog Budi Waseso mengemukakan permasalahan itu diakibatkan program hilir Kementerian Sosial yang sudah ditiadakan yakni beras sejahtera (rastra).
"Perlu kita kembali ke belakangan bahwa Bulog pada 2018 harus mensuplai kegiatan bansos rastra sebesar 2,6 juta ton. Saat ini Bulog kehilangan program hilir untuk menyalurkan CBP," kata Buwas dalam webinar, Kamis (25/3/201).
Menurutnya kalau program rastra dilanjutkan boleh jadi langkah impor beras barulah perlu dilaksanakan.
Baca juga: Dirut Bulog Budi Waseso: Belum Apa-apa Impor Beras, Ini Masa Panen
Buwas menilai langkah mendatangkan beras impor tidak sesuai dengan keadaan di dalam negeri.
"Kalau kita disuruh menyerap 2 juta ton pun sanggup persoalannya setelah kita menyerap ini beras mau dipake apa. Karena program hilirnya suda tidak ada lagi. Hitungan riil Januari sampai Maret yang sisa dari kegiatan yang dilaksanakan minus bansos rastra adalah operasi pasar," ucapnya.
Baca juga: Beras Pera Jadi Alasan Dirut Bulog Juga Tolak Rencana Impor
Hitungan Buwas, dalam sebulan Bulog hanya akan menyalurkan cadangan beras pemerintah untuk tanggap darurat bencana sebesar 140 ribu ton.
"Setiap bulannya kurang lebih hanya 50 ribu ton yang diserap," imbuh dia.
Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi memastikan sesuai prediksi Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa panen raya padi pada Maret akan mencapai 1,64 juta ton dan April 1,67 juta ton.
"Untuk progres penanganan panen ini, Kementan pun telah membentuk tim serap gabah petani (SGP) bersama Bulog, Kostraling hingga Satgas Pangan Polres," tuturnya di kesempatan yang sama.
Hasil di lapangan, saat ini Banten sudah memproduksi 35 ribu ton gabah, Yogyakarta 74 ribu ton, Lampung 25 ribu ton, Jambi 8 ribu ton, Sragen 17 ribu ton, Karanganyar 15 ribu ton, Boyolali 24 ribu ton, Grobogan 24 ribu ton, Nganjuk 26 ribu ton, Pati 16 ribu ton, Brebes 11 ribu ton, Tegal 11 ribu ton, dan Indramayu 75 ribu ton.
"Jadi bisa kami pastikan setiap hari ada tanam, setiap hari ada panen puncaknya Maret-April. Puncak kedua Agustus September. Dari Sabang sampai Merauke proses produksi tetap berjalan tidak pernah berhenti," tuturnya.