Empat Kelemahan Produk Ekspor RI Yang Sering Dikomplain Oleh Importir Korsel
Ketika terjadi pengiriman berikutnya misalnya untuk ketiga kalinya, maka produk yang datang sudah tidak sebaik pengiriman pertama.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan Umar Hadi mengaku kerap mendapat keluhan dari importir negeri ginseng terkait produk asal Indonesia.
"Mereka komplain paling banyak bukan soal kuantitas, tapi konsistensi dari kualitas," ujar Umar saat acara ‘Dialog Gerakan Ekspor Nasional: Target Ekspor Negara Sahabat’ yang digelar Tribun Network secara virtual, Selasa (6/4/2021).
Umar merinci, ada empat keluhan importir Korea Selatan yang sering diterimanya selama ini.
Baca juga: Dubes Ungkap Masalah Ekspor Indonesia ke Malaysia: Produknya Itu-itu Saja
Pertama, produk Indonesia yang diekspor ke Korea Selatan pada pertama kali, memiliki kualitas yang sesuai disepakati kedua belah pihak.
Namun, ketika terjadi pengiriman berikutnya misalnya untuk ketiga kalinya, maka produk yang datang sudah tidak sebaik pengiriman pertama.
"Kedua, komplain yang sering saya terima yaitu ketepatan waktu pengiriman barang. Ini cukup sering dan keterlambatannya kadang-kadang bisa dua sampai tiga bulan," kata Umar.
Ketiga, Umar menyebut, soal kemasan produk Indonesia yang dinilai tidak tahan lama, atau kemasannya tidak dapat melindungi dari produk yang diekspor.
Baca juga: Indonesia Belum Maksimal Garap Pasar Jepang untuk Ekspor Produk Pangan
"Jadi bukan hanya fisik keindahan saja, atau kebagusan dari kemasan itu. Tapi dari sisi yang tahan lama," ucapnya.
Keluhan keempat, yaitu khusus untuk produk makanan dan minuman olahan.
Menurut dia, banyak produk asal Indonesia tidak dapat memenuhi sanitary and phytosanitary (SPS) atau angka standar kesehatan yang ditetapkan Korea Selatan.
"Saya pernah tugas di Amerika, ternyata standar SPS Korea itu lebih tinggi dari standar di Amerika Serikat," kata Umar.
Baca juga: LPEI Dukung Eksportir Briket Arang Kelapa Asal Kendal
Meningkat
Meski banyak keluhan terkait produk Indonesia tersebut, Dubes Umar Hadi optimistis perdagangan Indonesia dan Korea Selatan secara umum akan meningkat pascapandemi Covid-19. Sebab, Korea Selatan sangat tergantung dari perdagangan internasional, sehingga kena imbas pandemi cukup dalam.
"Tapi, ke depan saya optimistis akan terjadi peningkatan cukup baik karena beberapa alasan," tuturnya.
Alasan pertama yakni dunia sedang diambang dari supercycle komoditas primer, sudah kelihatan dari tren-nya, contohnya batu bara.
"Misal batu bara, karena 30 persen ekspor Indonesia ke Korea Selatan bentuknya batu bara, itu harganya naik terus, mestinya kita lihat nilainya meningkat. Kemudian, gas alam kita pangsa pasarnya di Korea Selatan hampir 5 persen," katanya.
Kedua, adalah elemen investasi yang akan mendorong perdagangan dari selama ini investasi Korea Selatan di Indonesia hanya didominasi sektor garmen dan alas kaki sepatu.
"Polanya adalah perusahaan Korea Selatan bikin pabrik garmen di Indonesia. Lalu, ekspor produknya ke Amerika Serikat, tapi dalam beberapa tahun terakhir ini sudah mulai kelihatan masuknya investasi Korea Selatan di bidang yang lebih tinggi nilai tambahnya, yakni besi dan baja," kata Umar.
Permen Kopiko
Ketiga, optimistis berdasarkan potensi besar dari produk-produk makanan dan minuman olahan Indonesia untuk masuk pasar Korea Selatan.
"Mulai terbukanya konsumen Korea Selatan akan produk negara lain, satu contoh yang cukup menarik ada satu drama Korea Selatan lagi top judulnya Vincenzo. Ada satu adegan tokoh utamanya makan permen Kopiko, tiba-tiba Kopiko membanjiri pasar Korea Selatan, menjadi banyak dicari orang di sini, ini upaya sengaja dari pihak produsen," paparnya.
Adapun perdagangan Indonesia dan Korea Selatan puncaknya pada 2018 yakni total hampir 20 miliar dolar Amerika Serikat (AS) dengan surplus di pihak Indonesia sekitar 2 miliar dolar AS. Namun, sejak 2019 dan 2020 terus menurun, terutama akibat dampak pandemi. (Tribunnews/Seno Tri Sulistiyono/Yanuar Riezqi Yovanda/tis)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.