Lika-liku Keuangan Anak Muda, Belajar Cara Mengatur Keuangan Ala Gen-Sy, Syakir Daulay
Gen-Sy merupakan generasi yang melihat pentingnya keseimbangan hidup - khususnya antara duniawi dan rohani
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Belakangan istilah Gen-Sy makin populer di kalangan anak muda.
Istilah ini merujuk pada gaya hidup anak muda yang menganut aliran 'baru', yakni menjalani hidup yang seimbang, antara duniawi dan rohani.
Istilah Gen-Sy pertama kali oleh Ivan Ally, SVP of Corporate Secretary and Marketing Communication Group PT Bank Syariah Indonesia.
Dijelaskan, Gen-Sy sedikit berbeda dengan generasi lainnya yang dikelompokkan berdasarkan klasifikasi usia.
Gen-Sy merupakan generasi yang melihat pentingnya keseimbangan hidup - khususnya antara duniawi dan rohani.
Hal ini tak lepas dari fakta bahwa masa muda tidak lepas dengan yang namanya menjalani passion atau hobi, mencari jati diri, dan bereksplorasi.
Baca juga: Dorong Percepatan Ekosistem Digital di Indonesia, Telkom Siap Dukung Pengembangan KEK Singhasari
Mereka yang mendeklarasikan diri sebagai Gen-Sy juga bisa menjalankan itu semua, tapi tercermin dari sudut pandang dan kebiasaannya yang sudah lebih matang dan paham tentang keseimbangan, yang juga tercermin dari pengaturan keuangan mereka.
Misalnya, tetap bisa hangout di coffee shop terbaru, namun juga tidak lupa punya perencanaan untuk membeli rumah.
YouTuber yang kini jadi penyanyi lagu religi, Syakir Daulay terang-terangan menyatakan dirinya ingin menjadi Gen-Sy sepenuhnya.
Dengan menganut aliran ini, dia mengaku lebih memilih gaya hidup sederhana di masa mudanya agar tidak mengalami kesulitan finansial di masa tua.
“Memenuhi kebutuhan lebih baik daripada memenuhi keinginan untuk dipamerkan,” ujar Syakir Daulay.
Baca juga: Solusi Asuransi Inovatif bagi Pemain Ekonomi Digital
Syakir mengaku pertama kali mengelola keuangan secara mandiri saat memutuskan merantau dari Aceh ke Jakarta tahun 2009 saat dia berusia 8 tahun untuk masuk bangku sekolah dasar (SD).
Di usia 12 tahun dia mulai masuk pesantren Al Qur'an dan mendapatkan beasiswa.
Dia mengatakan, kebutuhan di Aceh sama di Jakarta berbeda yang menurutnya apa-apa serba lebih mahal. Uang kiriman dari orangtua yang dia yang rutin terima setiap bulan dia putar. "Nggak saya pakai jajan dulu," ujarnya.