Babak Belur Dihajar Covid-19, Maskapai Masih Harus Berjuang Tingkatkan Load Factor
Maskapai penerbangan Indonesia masih akan mengalami banyak hambatan untuk mencapai target load factor di 2021.
Penulis: Hari Darmawan
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hari Darmawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat penerbangan Alvin Lie menilai, maskapai penerbangan Indonesia masih akan mengalami banyak hambatan untuk mencapai target load factor di 2021.
Menurutnya, hambatan yang akan dihadapi maskapai karena masih adanya klaster baru penyebaran Covid-19 di Indonesia dan ini menjadi target load factor akan sulit dicapai.
Ia menambahkan, maskapai penerbangan masih harus berjuang dalam meningkatkan load factor dan bangkit di tengah kondisi sulit di 2021.
Alvin juga mengungkapkan, adanya varian baru dari virus corona dari India melalui penumpang pesawat yang masuk ke Indonesia menjadi salah satu hal sulitnya tager load factor tercapai pada 2021.
"Saat ini pemerintah terus mendorong target pemulihan ekonomi di sektor pariwisata, ini juga bisa menjadi risiko masuknya varian baru virus corona ke Indonesia," ucap Alvin saat dikonfirmasi, Kamis (29/4/2021).
Baca juga: Maskapai Mengeluh, Aturan Mudik Diperketat Bikin Tambah Beban Berat Industri Penerbangan
Alvin juga menjelaskan, saat ini load factor maskapai penerbangan masih diangka 30-40 persen dari normal di 2019.
"Saya tidak berani optimis, paling tidak sampai akhir tahun bertahan sudah baik dan tidak ada penurunan," lanjut Alvin.
Baca juga: Ratusan Warga India Tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Ada 7 yang Lolos Karantina Karena Pakai Joki
Sementara itu untuk dapat bertahan di tengah kondisi sulit ini, maskapai Sriwijaya Air Group melakukan berbagai strategi di masa pandemi dengan memaksimalkan operasional angkutan kargo.
Direktur Niaga Sriwijaya Air Group, Henoch Rudi Iwanudin menjelaskan, saat ini kinerja industri penerbangan tengah lesu akibat pandemi Covid-19 yang belum kunjung usai dan sedang berusaha untuk bangkit kembali.
"Kami juga memaksimalkan pengangkutan cargo, baik reguler maupun charter untuk menutupi potential loss dari turunnya jumlah penumpang selama periode pengetatan perjalanan dan pelarangan mudik," jelas Henoch dalam keterangannya kepada Tribunnews, Selasa (27/4/2021).