Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Bisnis Garuda Remuk Terimbas Larangan Mudik Lebaran, Hanya 30 Penerbangan Per Hari

Labilitas GIAA per kuartal ketiga 2020 terdiri dari liabilitas jangka panjang senilai US$ 5,66 miliar dan liabilitas jangka pendek US$ 4,69 miliar.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Bisnis Garuda Remuk Terimbas Larangan Mudik Lebaran, Hanya 30 Penerbangan Per Hari
Istimewa
Tahun 2020 kinerja keuangan GIAA hingga kuartal ketiga tahun 2020 anjlok 67,85 persen menjadi US$ 1,14 miliar, dari sebelumnya US$ 3,54 miliar pada kuartal ketiga 2019. GIAA pun membukukan rugi bersih US$ 1,07 miliar. 

Ditambah lagi momentum mudik Idulfitri 2021 yang kembali menghantam Garuda karena adanya larangan mudik. Pada momentum tersebut, penerbangan di Garuda yang biasanya 120-170 per hari, turun drastis menjadi hanya 30-an penerbangan per hari.

"Bahkan satu-dua hari sebelum dan sesudah hari raya, hanya 17 penerbangan," ujar Muzaeni.

Secercah harapan muncul usai momen lebaran. Pada 18 Mei 2021 jumlah penumpang perlahan merangkak naik. Ia pun meminta pemerintah segera turun tangan mengatasi persoalan pelik di Garuda.

"Kiranya pemerintah secepatnya turun tangan untuk membantu penyelesaian permasalahan Garuda Indonesia. Agar bisa melewati masa yang sangat sulit ini, tanpa mengurangi karyawannya. Inshaa Allah akan menjadi lebih baik lagi," ujarnya.

Terkait isu pensiun dini para karyawan Garuda, Muzaeni mengatakan bahwa pihaknya menolak adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sepihak. Sebab, hal itu akan melanggar perjanjian kerja bersama yang berpotensi mendatangkan konflik hukum baik perdata maupun pidana.

Dirut Garuda, Irfan Setiaputra yang dikonfirmasi mengenai isu pensiun dini tersebut menegaskan, program pensiun dipercepat ini ditawarkan secara sukarela terhadap karyawan yang telah memenuhi kriteria. Kebijakan ini menjadi penawaran terbaik yang dapat manajemen GIAA upayakan terhadap karyawan di tengah situasi pandemi, yang mengedepankan kepentingan bersama seluruh pihak baik karyawan maupun Garuda.

"Ini merupakan langkah berat yang harus ditempuh perusahaan. Namun opsi ini harus kami ambil untuk bertahan di tengah ketidakpastian situasi pemulihan kinerja industri penerbangan yang belum menunjukkan titik terangnya di masa pandemi Covid-19 ini," tutup Irfan. (Tribun Network/har/ktn/wly)

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas