Kena Pandemi Maskapai Lunglai, Usai Garuda Kini Sriwijaya Rumahkan Karyawan
Maskapai pelat merah Garuda Indonesia mulai merumahkan karyawannya dengan tawaran secara sukarela pensiun dini kini Sriwijaya Air juga alami hal sama.
Penulis: Hari Darmawan
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dampak pandemi covid-19 memang benar-benar memukul industri penerbangan.
Sebelumnya maskapai pelat merah Garuda Indonesia mulai merumahkan karyawannya dengan tawaran secara sukarela pensiun dini, kini Sriwijaya Air juga mengalami hal serupa.
Melalui internal memo yang didapatkan Tribun pada Senin (24/5), Sriwijaya Air mengambil kebijakan untuk merumahkan karyawannya dengan mempertimbangkan kondisi perusahaan yang mengalami penurunan likuiditas akibat wabah Covid-19.
Dalam surat internal memo tersebut, disebutkan pemberitahuan kebijakan merumahkan karyawan yang tertanggal 25 September 2020 yaitu melakukan efisiensi di kalangan internal organisasi.
Baca juga: Garuda dan Sriwijaya Air Tawarkan Pensiun Dini ke Karyawan, Ini Respons Pengamat hingga DPR
Kemudian dalam internal memo yang ditanda tersebut juga disebutkan, bahwa pihak Sriwijaya Air akan kembali memanggil karyawan yang dirumahkan jika operasional pesawat mulai bertambah.
Internal memo yang ditandatangani oleh Direktur Sumber Daya Manusia Sriwijaya Air Anthony Raimond tersebut juga menyebutkan, bagi karyawan sedang dirumahkan baik pegawai maupun PKWT yang bermaksud mengundurkan diri pihaknya akan memberikan uang pisah.
Uang pisah untuk karyawan dengan masa kerja lebih dari 1 tahun dan kurang dari tiga tahun diberikan uang pisah satu bulan gaji.
Sedangkan karyawan dengan masa kerja lebih dari tiga tahun atau dibawah enam tahun akan diberikan uang pisah dua bulan gaji, dan karyawan yang masa kerja lebih dari enam tahun akan diberikan uang pisah tiga bulan gaji.
Baca juga: Ada Opsi Pensiun Dini untuk Karyawan Garuda dan Sriwijaya Air, Ini Kata Analis
Selain itu Sriwijaya Air juga akan membebaskan biaya penalti kontrak kerja tidak termasuk pinjaman dana perusahaan kepada karyawan, yang menyetujui pengunduran diri tersebut.
Kebijakan merumahkan karyawan ini, mulai berlaku sejak surat ini dikeluarkan sampai ada pemberitahuan lebih lanjut dari perusahaan.
Terkait kebijakan tersebut, pihak Sriwijaya Air yang dihubungi Tribun belum dapat memberikan komentar lebih lanjut terkait hal tersebut.
"Kami sedang melakukan pembahasan dengan internal perusahaan, dan akan kami akan menginformasikan kembali terkait pengumuman tersebut," kata Senior Manager Corporate Communication Sriwijaya Theodora Erika saat dikonfirmasi Tribun.
Analis Penerbangan Arista Atmadjati menyebutkan, kebijakan pensiun dini yang ditawarkan maskapai kepada karyawannya karena demand dari penumpang yang menurun hingga 80 persen.
Menurutnya, problem ini yang menyebabkan maskapai mengalami kerugian dan mengambil kebijakan untuk menawarkan program pensiun dini terhadap karyawannya.
"Selain itu turunnya demand ini juga disebabkan faktor kesehatan, yang membuat masyarakat takut untuk melakukan perjalanan menggunakan angkutan udara," kata Arista saat dihubungi Tribun.
Baca juga: Terdampak Pandemi, Garuda Tawarkan Program Pensiun Dini kepada Karyawannya
Arista juga mengomentari beberapa maskapai penerbangan nasional yaitu Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air yang melakukan kebijakan pensiun dini terhadap karyawannya.
Ia mengungkapkan, kebijakan tersebut terpaksa dilakukan oleh maskapai karena kerugiaan dalam hal bisnis di tengah pandemi Covid-19 ini.
"Sebetulnya, maskapai ini sudah dalam kondisi bangkrut karena demand yang turun hingga 80 persen. Tetapi para pemilik pesawat masih memberikan kesempatan dan negosiasi untuk para maskapai agar masih bisa beroperasi," ucap Arista.
Baca juga: Utang Garuda Sentuh Rp 70 Triliun, Arus Kas Negatif
Kondisi maskapai penerbangan di Indonesia bahkan Garuda Indonesia, lanjut Arista, dalam kondisi yang sangat sulit.
Tetapi karena Garuda Indonesia sudah IPO tentunya mereka harus menjaga agar saham tidak jeblok.
Selain itu Arista juga menjelaskan, saat ini maskapai penerbangan Indonesia hanya mengandalkan penerbangan logistik atau kargo untuk bertahan di tengah kondisi sulit ini.
"Hidupnya sekarang dari logistik saja, karena masih tertolong pengiriman barang dari e-commerce dan menjadi solusi meski tidak bisa menggantikan revenue penerbangan penumpang," kata Arista.(Tribun Network/har/wly)