RI Punya Modal Jadi Produsen dan Eksportir Produk Halal Terbesar Dunia
sektor industri halal yang identik dengan kebutuhan umat muslim, merupakan ekosistem dengan potensi ekonomi yang sangat besar.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai kedekatan Indonesia dengan negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menjadi modal Indonesia tampil sebagai produsen, dan eksportir produk halal terbesar dunia.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Pengusaha Nasional, Arsjad Rasjid mengatakan, OKI beranggotakan 57 negara atau setara dengan 24,1 persen dari total populasi muslim dunia yang mencapai 1,86 miliar jiwa.
Jumlah ini belum termasuk pemeluk agama Islam di luar negara-negara OKI, seperti India yang penduduk muslimnya sekitar 195 juta jiwa, dan Ethiopia 35,6 juta jiwa.
Baca juga: LPPOM MUI Beri Penghargaan Halal Award 2021 untuk Sarihusada
“OKI adalah pasar halal yang sangat menjanjikan bagi Indonesia. Saat ini, palm oil menempati posisi teratas yaitu 23,88 persen sebagai komoditas yang paling banyak diekspor ke negara-negara OKI," kata Arsjad, Rabu (9/6/2021).
Baca juga: Wapres: Industri Produk Halal Butuh Teknologi Tepat Guna
"Kemudian, batu bara 9,56 persen dan alat-alat kendaraan 3,95 persen. Produk-produk halal kita juga tidak kalah bersaing dengan negara-negara lainnya. Kita punya makanan, minuman, busana muslim, kosmetika, dan pariwista halal,” sambungnya.
Arsjad yang menjabat Ketua Dewan Penyantun Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) menyebut, sektor industri halal yang identik dengan kebutuhan umat muslim, merupakan ekosistem dengan potensi ekonomi yang sangat besar.
Baca juga: Soetrisno Bachir dan Hatta Rajasa Hadiri Halal bi Halal DPP PAN
State Global Islamic Economic Report 2020-2021, melaporkan tingkat konsumsi masyarakat muslim dunia mencapai 2,02 triliun dolar AS untuk sektor makanan, farmasi, kosmetika, mode, perjalanan, media, dan rekreasi halal.
Pengeluaran masyarakat muslim dunia terhadap modest fashion mencapai 277 miliar dolar AS, meningkat 4,2 persen dari tahun sebelumnya, dan diperkirakan mencapai 311 miliar dolar AS pada 2024.
Selain itu, berdasarkan Indikator Ekonomi Islam Global pada 2019, Indonesia menempati peringkat keempat eksportir halal dunia setelah Malaysia, Singapura, dan Uni Emirat Arab.
Pada 2021, peluang peningkatan permintaan makanan halal dunia diproyeksi akan mencapai 1,38 triliun dolar AS.
“Apalagi kalau kita mempunyai perjanjian kerja sama di bidang perdagangan dengan negara-negara OKI maupun non-OKI. Ini akan menjadi pasar potensial produk halal Indonesia yang lebih besar,” jelas calon ketua umum Kadin Indonesia itu.
Dikatakan, negara-negara OKI yang telah menandatangani perjanjian perdagangan dengan Indonesia, yaitu Pakistan, Mozambik, Palestina, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
Saat ini, Indonesia sedang dalam proses negosiasi dan penjajakan kerja sama perdagangan dengan negara-negara anggota OKI lainnya, seperti Turki, Tunisia, Bangladesh, Iran, Maroko, negara-negara teluk, serta beberapa negara Eurasia.
"Indonesia berpeluang besar untuk menjadi produsen dan eksportir produk halal terbesar di dunia, karena didukung sumber daya, termasuk potensi sektor industri yang dimiliki Indonesia. Ekspor produk halal harus digarap serius oleh industri makanan di Tanah Air,” katanya.
Arsjad yang menjabat Direktur Utama PT Indika Energy Tbk mengapresiasi langkah-langkah strategis pemerintah membentuk Kawasan Industri Halal menggunakan sistem one stop service untuk proses sertifikasi halal di Lembaga Pemeriksa Halal (LPH), Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), dan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH).
“Kebijakan pemerintah ini sesuai harapan investor, yang mengharapkan layanan sertifikasi halal diatur dalam kerangka one stop service. Semua dilaksanakan di satu lokasi," ucapnya.