Work From Bali Dimulai Bulan Juli, Dianggap Tidak Berdampak Terhadap Okupansi Hotel
Sandiaga dengan panduan protokol kesehatan pelaksanaan event MICE semua bisa mendorong Bali bisa bangkit kembali.
Editor: Hendra Gunawan
Harapan Sandiaga dengan panduan protokol kesehatan pelaksanaan event MICE semua bisa mendorong Bali bisa bangkit kembali.
“Terlebih data angka penularan COVID-19 se-Provinsi Bali sangat baik. Beberapa hari terakhir angka penularan COVID-19 di Bali di bawah 100 atau 28 kasus baru,” katanya.
Terkait Travel Corridor Arrangement (TCA), Menparekraf juga memastikan kesiapan dan targetnya masih on the track. Namun pembukaan TCA yang ditargetkan Presiden Joko Widodo pada Juli 2021, harus mempertimbangkan potensi penularan COVID-19 baik di dalam maupun luar negeri karena ada beberapa negara lain mengalami lonjakan kasus penularan seperti Malaysia, Singapura, hingga Taiwan.
“TCA ini mudah-mudahan akan tepat waktu, kita terus berkoordinasi dengan K/L terkait seperti Kementerian Luar Negeri, Kementerian Hukum dan Ham, Kementerian Kesehatan, Satgas COVID-19, dan Pemprov Bali.
Ini yang perlu kita sikapi dengan baik, di kuartal ketiga ini bisa dilakukan uji coba dengan wisatawan mancanegara dengan penerbangan carter kita terus melakukan finalisasi, tentunya dengan penerapan protokol kesehatan dan syarat-syarat kedatangan yang sangat ketat dan disiplin, vaksinasi menjadi salah satu syarat wisatawan mancanegara datang ke Bali,” ujarnya.
Selain itu, Menparekraf juga terus mendorong program vaksinasi. Karena untuk dilaksanakan program TCA, target vaksinasi di Bali juga harus tercapai. Targetnya 6 juta vaksin yang didistribusikan berarti ada 3 juta masyarakat di Bali yang akan divaksin. Program vaksinasi terus digenjot karena Bali ini provinsi prioritas yang dicanangkan.
“Memang Juli-Agustus 2021 ini ada kebutuhan vaksin, hal itu juga yang akan kita genjot dan kita prioritaskan. Justru kehadiran Aparatur Sipil Negara dengan program WFB ini bisa meningkatkan kedisiplinan dalam penerapan protokol kesehatan yang ketat dan disiplin diikuti seluruh pelaku parekraf di Bali. Sehingga bisa membangkitkan perekonomian Bali yang menjadi simbol pemulihan parekraf nasional,” katanya.
Terpisah, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menilai kegiatan Work From Bali (WFB) tidak berdampak besar ke tingkat hunian kamar atau okupansi hotel di Bali.
Sekretaris Jenderal PHRI Maulana Yusran mengatakan, berdasarkan data yang ada, jumlah kamar di Bali mencapai 130 ribu dan okupansinya sebelum pandemi Covid-19 terbesar dari wisatawan mancanegara.
"70 persen konstribusi okupansi dari asing, berarti 30 persennya dari domestik. Jadi bagaimanapun kalau fokus semua kegiatan di Bali, okupansi pasti hanya akan diangka 30 persen," kata Maulana saat dihubungi Tribun.
Menurutnya, okupansi kamar di Bali pada tahun lalu rata-rata hanya 20,25 persen, dan bahkan pada Maret 2021 tidak mencapai 10 persen.
"Kalau bicara domestik, larinya ke situ. Paling peningkatannya bisa diangka 30 persen, 35 persen paling tinggi, karena paling besar suplainya dari wisatawan mancanegara," tuturnya.
"Tapi bukan berarti kegiatan WFB sama sekali tidak membantu. Membantu ya membantu," sambung Maulana.
Ia menyebut, sebenarnya yang dibutuhkan Bali yaitu pembukaan kembali penerbangan internasional di Bandara I Gusti Ngurah Rai, dan pelonggaran pembatasan perjalanan.
Jika penerbangan internasional dibuka kembali, maka warga negara Indonesia yang baru dari luar negeri, maupun warga negara asing dapat melakukan karantina di Bali.
"Kami bisa membuat paket repatriasi, tinggal pilih karantinanya di Jakarta atau Bali. Ini kan jadi daya tarik dan kami sudah mengusulkannya," paparnya.(Tribun Network/ism/sen/wly)