Menteri Sandi Klaim Kegiatan Work From Destination Masih Boleh di Wilayah Zona Kuning
Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno menyatakan, kebijakan work from destination masih diperbolehkan di wilayah zona kuning.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tengah lonjakan tajam penularan virus corona, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno menyatakan, kebijakan work from destination masih diperbolehkan di wilayah zona kuning.
“Ini tentu menyesuaikan kepada bingkai PPKM skala mikro. Apabila daerah tujuan misalnya work from Bali di zona merah tentunya disarankan untuk dihindari,” terang Menteri Sandi, Rabu (23/6/2021).
Menurutnya, Kemenparekraf juga sedang mempersiapkan program atau kebijakan untuk mengantisipasi jika lock down kembali diterapkan.
“Kita akan genjot program-program intervensi seperti bantuan dana hibah pariwisata dan ekonomi kreatif, bantuan sosial, bantuan insentif, bantuan permodalan, bantuan likuiditas, dan dana pemulihan ekonomi nasional agar sektor parekraf bisa bertahan,” katanya.
Baca juga: Kasus Covid-19 Meningkat, Karyawan Kementerian BUMN Kembali Work from Home
Terkait rencana pembukaan kembali wisatawan mancanegara ke Bali saat ini pun masih dalam tahap finalisasi. Menparekraf bilang, pemencetan tombol open border tinggal menunggu situasi Covid-19 melandai.
Baca juga: Bali Disiapkan Jadi Destinasi Wisata Berbasis Vaksin, Apa Maksudnya?
“Persiapan corridornya sudah berada di level 90 persen. Sedangkan, untuk penyiapan charter flight sebagai uji coba juga sudah memperlihatkan kemajuan yang signifikan. Ini tergantung dari situasi Covid-19 terkini. Jadi, kita memutuskan bahwa jika situasinya melandai baru kita akan finalkan dan jika belum melandai tentunya kita akan sesuaikan,” ujarnya.
Sementara pembukaan pariwisata di Batam dan Bintan dalam lingkup travel corridor arrangement dilakukan dengan monitoring dan evaluasi setiap minggunya.
Kemenparekraf juga melakukan koordinasi dan visitasi untuk melihat secara langsung kesiapan Batam dan Bintan, serta kebijakan Singapura sebagai negara yang menjadi target pasar.
"Karena faktor kesiapan bukan hanya dari pihak Indonesia (Batam dan Bintan), tapi juga kesiapan dari pihak Singapura," ujarnya.