Lulus Kuliah Jualan Online, UMKM Malang Raih Omzet Puluhan Juta per Bulan Lewat Marketplace
Annisa mengawali Kyan Mart dengan berjualan vitamin dikarenakan produk kesehatan begitu menjadi primadona di awal pandemi.
TRIBUNNEWS.COM - Menjadi lulusan baru atau fresh graduate di masa pandemi Covid-19 adalah tantangan berarti. Tak terbantahkan, kancah pencarian kerja menjadi kian ketat dan kompetitif.
Namun, tak sedikit lulusan baru yang mencari celah alternatif yang tak kalah menantang, misalnya dengan menjadi pelaku usaha. Di tengah badai pandemi, membuka usaha bukan sekadar mengetes peruntungan, tetapi juga dibutuhkan kejelian untuk mengambil peluang.
Salah satu lulusan baru yang pandai menerka peluang itu adalah Annisa Tasya, pemilik toko bahan pangan dan kebutuhan rumah tangga online bernama Kyan Mart.
Selepas menuntaskan pendidikan pascasarjana di Surabaya, pemudi berusia 26 tahun ini memilih kembali ke kampung halamannya, Malang, ketika pandemi mulai merebak pada Maret 2020. Situasi yang serba tak pasti bagi Annisa terlihat sebagai peluang usaha menjanjikan.
Dalam wawancara bersama Tribunnews, Selasa (22/6/2021) lalu, Annisa berkisah mengenai perjalanan singkatnya dalam mengembangkan Kyan Mart.
Kebutuhan rumah tangga, produk paling potensial di tengah pandemi
Kyan Mart adalah toko online yang dapat dijumpai di marketplace. Annisa yakin dengan “kekuatan” platform digital di masa pandemi, sebab baginya “go digital” bukan sekadar jargon, melainkan manuver menjanjikan bagi pelaku UMKM untuk berkembang di tengah ketakmenentuan.
Annisa mengawali Kyan Mart dengan berjualan vitamin dikarenakan produk kesehatan begitu menjadi primadona di awal pandemi. “Sebelumnya saya juga jualan online, dengan jenis usaha yang berbeda. Waktu pulang ke Malang karena pandemi, saya memutuskan mencoba usaha baru dengan jualan vitamin melalui marketplace,” katanya.
Akan tetapi, setelah beberapa bulan, demand terhadap produk kesehatan mulai menurun. Ia tak patah arang. Setelah memutar otak, ia memutuskan untuk beralih menjual jenis produk lain, yakni grocery atau bahan pangan dan kebutuhan rumah tangga.
Tampaknya, keputusan menjual bahan pangan dan kebutuhan rumah tangga adalah hikmah yang justru membuat bisnisnya berkembang cukup drastis. Selain itu, ia juga berhasil menggaet pelanggan dari Kota Malang dan wilayah di sekitarnya.
Peningkatan penjualan Kyan Mart juga disokong oleh situasi saat itu, di mana Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) masih gencar-gencarnya diberlakukan di lingkungannya. Mau tak mau, belanja online adalah pilihan yang paling aman dan Annisa sangat cermat melihat peluang tersebut.
Produk rumah tangga serta kebutuhan ibu dan anak menjadi produk yang paling diminati di tokonya. Annisa pun kemudian mulai menambah jenis produk yang dijualnya dengan jenis mainan dan hobi.
“Kedua jenis produk tersebut masuk ke segmen para pembeli di Malang. Yang belanja groceries, biasanya ada tambahan beli mainan dan hobi,” ujarnya.
Annisa menjalankan seluruh operasional bisnisnya tanpa dibantu karyawan. Berbekal kompetensinya dalam mengelola waktu semasa kuliah, Annisa mampu menangani setiap pesanan yang masuk. Ia sangat cermat memperhitungkan semuanya, mulai dari waktu respons dan pengiriman serta ketepatan waktu penerimaan.
“Kunci utamanya manajemen waktu dan kecepatan respons waktu pesanan masuk. Jadi tidak terlalu delay lama. Semuanya dilakukan sendiri, mulai dari posting foto, belanja barang, menyiapkan barang, packing, hingga bikin laporan keuangan sederhana,” ungkapnya penuh antusias.
Berkat kelihaiannya, usahanya yang berbasis di Malang tersebut lambat laun berkembang pesat. Alhasil, Kyan Mart mulai menerima pesanan dari daerah lain.
Pelanggan memang didominasi oleh mereka yang berasal dari wilayah sekitar Jawa Timur seperti Malang dan Surabaya. Namun, ia juga kerap menerima order dari Jawa Tengah. Bahkan, ada pembeli yang berasal luar pulau seperti Bali, Sumatera, hingga Balikpapan.
Marketplace membawanya pada hasil yang mengejutkan
Marketplace yang menjadi pilihan Annisa dalam menjalankan Kyan Mart adalah Tokopedia. Ia bergabung menjadi seller Tokopedia pada Maret 2020.
Mengapa Tokopedia? Alasannya ternyata sederhana. Ia sudah menggunakan Tokopedia sebagai pembeli selama bertahun-tahun dan merasakan kemudahan dan kenyamanan dalam berbelanja, belum lagi banyaknya promo yang memikat. Lantas, pikirnya, Tokopedia juga akan menawarkan kemudahan yang sama sebagai penjual.
“Saya sebagai buyer juga banyak belanja di Tokopedia. Jadi saya pikir, kenapa selain jadi pembeli, nggak coba jadi penjual juga?” tuturnya.
Sebagai seller, ia merasa tampilan yang diberikan oleh Tokopedia mudah dipahami ketimbang yang lain. Kendati telah mencoba beberapa marketplace lainnya, ia memutuskan untuk lebih fokus berjualan di Tokopedia.
“Jangkauan Tokopedia luas. Pembeli pun juga merasakan banyak promo, jadi menarik lebih banyak buyer,” jelasnya.
Menurutnya, Tokopedia juga kerap menjamu setiap seller dengan serangkaian dukungan dan bantuan terhadap setiap masalah. Selain itu, segudang promo belanja juga diakui membantu meningkatkan penjualannya, seperti Kumpulan Toko Pilihan, Waktu Indonesia Belanja (WIB), hingga flash sale.
“Sebagai penjual, saya sangat didukung oleh Tokopedia. Support dari tim Tokopedia juga banyak. Selain itu ada fitur-fitur dan program yang menguntungkan seperti program-program flash sale, serta program marketing lain,” tambah Annisa.
Dengan usaha yang kian berkembang dan dukungan digitalisasi dari Tokopedia, melayani 400-500 transaksi setiap bulan bukanlah hal yang asing bagi Annisa. Apalagi, Kyan Mart dapat menghasilkan omzet lebih dari Rp20 juta per bulan.
Bahkan, pada saat pembatasan sosial di semester pertama 2020, ia berhasil memetik omzet hingga Rp36 juta.
Seraya giat berpromosi melalui fitur TopAds di Tokopedia, ia juga memberdayakan media sosial dan WhatsApp pribadi untuk promosi hingga berkomunikasi dengan pelanggan.
Saat ini, Annisa belum memikirkan untuk terburu-buru membuka toko offline. Baginya, segala berkah digitalisasi yang disuguhkan marketplace cukup memberi kepuasan. Meski tentu saja di masa depan, ia berharap bisnisnya terus berkembang dan tak menutup kemungkinan akan membuka toko offline.
Annisa Tasya hanya secuil dari banyaknya pelaku usaha yang berani mengambil peluang di tengah ketidakpastian. Selalu ada celah dalam digitalisasi, itulah yang dapat dipetik dari kisah inspiratif Annisa. Tentu saja, dalam digitalisasi semua pelaku usaha, kecil atau besar, punya peluang yang sama untuk memulai dari nol dan berkembang. Jadi, Andakah selanjutnya?
Penulis: Anniza Kemala/Editor: Bardjan