Juni Deflasi, Kemendag Sebut Imbas Supply dan Demand Tak Seimbang
Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan menjelaskan, deflasi tersebut diakibatkan dari melemahnya daya beli masyarakat.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Bambang Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini melaporkan pada Juni 2021 telah terjadi deflasi -0,16 persen secara month to month.
Deflasi Juni 2021 merupakan yang pertama di tahun ini, sejak terakhir September 2020.
Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan menjelaskan, hal tersebut diakibatkan dari melemahnya daya beli masyarakat.
Baca juga: Pengamat Sebut Deflasi Juni 0,16 Persen akibat PPKM, Bukan Lemahnya Daya Beli
Deflasi mengindikasikan tidak terjadi tekanan harga. Kemudian dunia usaha menurunkan harga karena pasokan (Supply) yang melimpah dan terjadi penurunan permintaan (Demand).
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan mengatakan, hal tersebut dikarenakan masyarakat menjaga pengeluaran untuk konsumsinya di masa pemulihan ekonomi.
“Masyarakat saat ini lebih berhati-hati dalam menjaga pola konsumsinya dan pengaturan anggarannya. Sehingga berdampak pada demand lebih kecil daripada supply,” ujar Oke Nurwan saat dihubungi Tribunnews, Kamis (1/7/2021).
Baca juga: BPS: Juni Terjadi Deflasi -0,16 Persen
“Kondisi sekarang seperti ini dan supply lebih besar dari demand, jadinya deflasi,” sambungnya.
Oke Nurwan melanjutkan, kondisi seperti sekarang ini merupakan kondisi yang tidak bagus untuk Indonesia.
Maka dari itu ia berharap berbagai upaya dan kebijakan Pemerintah dapat segera membangkitkan perekonomian nasional.
Namun di sisi lain, masyarakat harus ikut mendukung kebijakan tersebut. Seperti Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro, hingga program vaksinasi.
“Mudah-mudahan dengan PPKM Jawa Bali, dan daerah lain menerapkan protokol kesehatan dengan ketat dan berjalannya vaksinasi yang dipercepat bisa membantu dan menjaga roda perekonomian nasional,” pungkasnya.
Sebelumnya sebagai informasi, Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan dari 90 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) sebanyak 56 kota mengalami deflasi sedangkan 34 kota lainnya inflasi.
"Deflasi tertinggi terjadi di Kupang -0,89 persen. Dan inflasi tertinggi di Singkawang 1,36 persen," tutur Margo dalam paparannya, Kamis (1/7/2021).
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.