Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pandemi Jadi Ancaman Pasokan Pangan, Begini Strategi Petrokimia Gresik untuk Sektor Pertanian

Selama 49 tahun berdiri, Petrokimia Gresik telah memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan teknologi pemupukan di Indonesia

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Pandemi Jadi Ancaman Pasokan Pangan, Begini Strategi Petrokimia Gresik untuk Sektor Pertanian
dok.
Pabrik I B Petrokimia Gresik 

Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Memperingati hari ulang tahun ke-49, Petrokimia Gresik perusahaan Solusi Agroindustri anggota holding Pupuk Indonesia berkomitmen untuk terus memberikan kontribusi nyata bagi Indonesia. Salah satu upayanya melalui peningkatan kinerja serta akselerasi program hilirisasi produk melalui pembangunan pabrik baru.

Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo menyatakan, pandemi Covid-19 yang belum kunjung selesai mengancam pasokan pangan di dalam negeri.

Hal ini menjadi stimulus bagi industri pupuk dan pangan dalam negeri seperti Petrokimia Gresik untuk memperkuat sektor produksi pertanian domestik untuk menopang ketahanan pangan nasional.

Terbukti, pertanian menjadi salah satu sektor yang tumbuh positif selama pandemi Covid-19.

Baca juga: Produsen Petrokimia Didorong Konsisten Terapkan Prinsip Industri Hijau

Pertumbuhan sektor pertanian juga sejalan dengan peningkatan kinerja perusahaan, selama tahun 2020, Petrokimia Gresik mencatatkan kinerja positif dengan perolehan laba sebesar Rp1,42 triliun (audited) atau 118 persen dari target RKAP 2020.

“Kinerja positif Petrokimia Gresik di tahun 2020 merupakan wujud kontribusi nyata perusahaan dalam mendukung pemerintah memperkuat ekonomi nasional di tengah pandemi Covid-19,” ujar Dwi Satriyo.

Berita Rekomendasi

Selain di pasar domestik, adanya global supply shock juga memberikan peluang Petrokimia Gresik untuk melakukan ekspansi pasar dan menggenjot ekspor.

Dia memaparkan, ekspor Petrokimia Gresik selama 2020 mencapai 494 ribu ton, meningkat 25 persen dari penjualan ekspor tahun 2019. Bahkan Petrokimia Gresik mampu menguasai market share pupuk NPS di India sebesar 35 persen.

Menurutnya, capaian ini membuktikan bahwa Petrokimia Gresik mampu mengubah tantangan menjadi peluang.

Dwi Satriyo mengungkapkan, selama 49 tahun berdiri, Petrokimia Gresik telah memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan teknologi pemupukan di Indonesia.

Diantaranya menjadi pioneer pupuk berbasis fosfat pada tahun 1980an, pioneer pupuk NPK berbasis chemical reaction di tahun 2000, dan pioneer pupuk organik di tahun 2005.


“Tahun 2021 juga menjadi tonggak sejarah baru bagi Petrokimia Gresik, dimana kami telah melakukan sederet langkah strategis untuk meningkatkan daya saing sekaligus kontribusi dalam memperkuat ekonomi nasional,” ujar Dwi Satriyo.

Salah satu yang telah terealisasi di tahun ini adalah pembangunan pabrik Green Surfactant berkapasitas 600 kiloliter (kL) yang memanfaatkan gas SO3 dari pabrik asam sulfat sebagai bahan baku.

Green Surfactant merupakan produk surfaktan lokal pertama di Indonesia yang dapat digunakan untuk meningkatkan produksi lapangan minyak tua melalui teknologi EOR (Enhanced Oil Recovery).

“Ini menjadi terobosan penting bagi industri minyak dan gas (migas) di Indonesia,” tandasnya.

Perusahaan yang dipimpinnya juga akan membangun pabrik Soda Ash berkapasitas 300 ribu ton.

Soda Ash merupakan bahan baku produk-produk yang dibutuhkan masyarakat sehari-hari seperti deterjen, kaca dan produk turunannya, hingga pasta gigi. Namun, kebutuhan Soda Ash dalam negeri saat ini masih dipenuhi melalui impor.

Soda Ash merupakan strategi meningkatkan nilai tambah dari produk samping. Pabrik ini nantinya akan memanfaatkan CO2 yang merupakan hasil samping (by product) dari Pabrik Amoniak.

Sedangkan produk samping Soda Ash berupa Amonium Klorida (NH4Cl) dapat digunakan sebagai bahan baku NPK, sehingga dapat mengurangi kebutuhan impor ZA sebagai bahan baku NPK.

Tahun ini Petrokimia Gresik juga berhasil mendapatkan izin pengecualian gipsum dari kategori Limbah B3 oleh Kementerian KLHK, sehingga pemanfaatannya dapat dilakukan secara masif, tidak hanya di lingkup internal perusahaan, tetapi juga dapat mendukung industri lainnya yang membutuhkan gipsum.

Baca juga: Petrokimia Gresik Kirim Perdana 7.000 Liter Green Surfactant ke KSO Pertamina EP di Jambi 

“Ke depan, pengembangan bisnis dengan optimalisasi potensi yang ada akan difokuskan pada hilirisasi produk untuk memperkuat posisi Petrokimia Gresik sebagai perusahaan berbasis related diversified industry agar terus tumbuh dan sustainable,” jelas Dwi Satriyo.

Hal ini selaras dengan tema “GREAT For Indonesia : Growth, Excellence, And Worthwhile” yang diusung dalam ulang tahun ke-49 ini, yang juga menjadi komitmen dan tekad perusahaan untuk terus tumbuh, unggul dan memberikan manfaat yang berkelanjutan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas