Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

SNI Wajib Profil Baja Ringan Dinilai Jadi Senjata Ampuh Menghadang Gempuran Produk Impor

Ketua Umum Asosiasi Roll Former Indonesia (ARFI) Nicolas Kesuma mengapresiasi kebijakan pemerintah terkait upaya peningkatan TKDN dan SNI.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in SNI Wajib Profil Baja Ringan Dinilai Jadi Senjata Ampuh Menghadang Gempuran Produk Impor
ist
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat membuka diskusi virtual Urban Forum 2021, Selasa (27/7/2021) kemarin. 

Sebelumnya, ia menerangkan, ARFI adalah asosiasi yang dibentuk sebagai wadah bagi para produsen di industri manufaktur di bidang roll forming.

Suatu proses pengrolan dingin dengan tujuan pembentukan suatu profil baja menjadi sebuah produk akhir seperti atap gelombang, genteng metal, rangka atap, rangka plafon dan dinding dan lain-lain yang bisa masuk ke semua segmen dalam proyek nasional, khususnya residensial, komersial dan juga industrial.

Saat ini anggota ARFI berjumlah 16 perusahaan besar Roll Forming yang tersebar diseluruh Indonesia.

“Sesuai instruksi Bapak Menteri Perindustrian tadi, anggota kami adalah perusahaan-perusahaan yang patuh menerapkan protokol kesehatan sesuai ketentuan dalam IOMKI. Aktivitas kami dipantau dan laporan-laporan itu secara online kami teruskan melalui SIINas," ujarnya.

"Sebenarnya ini sudah dibuat sederhana oleh bapak Agus Gumiwang Kartasasmita sebagai Menteri Perindustrian. Seharusnya tidak menjadi kendala untuk industri dalam menjalankan kegiatannya demi mendukung upaya pemerintah dalam mengatasi penyebaran Covid-19, ” katanya menambahkan/

Pun demikian ia mengatakan, saat ini masih ada 2 tantangan berat yang kini tengah dihadapi sektor industri baja ringan.

Yang pertama terkait importasi produk raw material atau koilnya yang masih ditemukan adanya penyalahgunaan yang dilakukan beberapa importir.

Berita Rekomendasi

Kemudian impor produk jadi, dimana ini merupakan industri yang dilakoni anggota-anggota ARFI.

“Jadi disini posisi ARFI adalah produk-produk yang sudah mendekati hilir. Kalau dilihat dari hulunya ada IZASI (Indonesia Zinc-Alumunium Steel Industries) yang memproduksi koil atau raw material. Dan juga awalnya ini bahan bakunya adalah CRC (Cold Roll Coil). Seperti tadi yang Bapak Menteri (Menperin) sampaikan kita sendiri untuk CRC masih mengalami defisit untuk memenuhi kebutuhan Indonesia," ujar Nicolas.

"Lalu setelah mendapat koil-koil dari produsen Indonesia kami mengolahnya menjadi atap gelombang, genteng metal dan lain-lain. Jadi masih ditemukan adanya penyalahgunaan importasi boron masuk ke indonesia dan digunakan sebagai bahan baku untuk atap ataupun baja ringan,” urainya lagi.

Karena itu, guna menahan gempuran produk-produk impor tersebut, ARFI berharap pemerintah segera mewajibkan penerapan Sertifikat Nasional Indonesia (SNI) 8399-2017 untuk profil baja ringan bagi seluruh pelaku industri baja ringan yang berbisnis di tanah air.

“Penerapan ini diharapkan bersifat wajib, bukan sekadar imbauan. Sebab, cukup banyak peristiwa atau kejadian atap baja ringan roboh atau kita menyebutnya gagal konstruksi lantaran standardisasi produknya tidak sesuai SNI,” tegasnya. 

Dengan begitu ia berharap, industri baja ringan tanah air dapat kembali bergeliat sehingga dapat mendukung upaya percepatan pemerataan pembangunan dan meningkatkan ekonomi nasional sejalan dengan upaya yang sudah dilakukan pemerintah di tengah pandemi seperti sekarang ini.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas