Para Tokoh Nasional Hadiri Peluncuran Buku Kepala BPH Migas M Fanshurullah Asa
Secara rinci, isi buku yang berjudul 'Energi untuk Kemandirian' berisi refleksi 10 tahun berkiprah sebagai Komite BPH Migas
Penulis: Yulis
Editor: Sanusi
Terkait ruang lingkup BPH Migas, buku Energi untuk Kemandirian, lebih tepat terkait ketahanan energi. Ketahanan energi merupakan syarat untuk bisa ada kemandirian energi. Jika ketahanan dan kemandirian energi bisa dicapai, maka kita akan memiliki kedaulatan energi. Karena itu peranan BPH Migas menjadi strategis dan sangat vital. Karena itu lanjut Agung, apresiasi terhadap kak Ifan.
Lebih lanjut dirinya mengungkapkan Kak Ifan memiliki beberapa kesamaan dengan kami, pertama sama-sama kekerabatan sebagai aktivis.
Yang kedua, salah satu yang penting adalah merespon situasi dan dalam kondisi saat ini kita sama-sama punya masalah dan keterbatasan fiskal dan lain-lain, ditambah lagi dunia ini mengalami era VUCA yaitu volatility (volatilitas), uncertainty (ketidakpastian), complexity (kompleksitas), dan ambiguity (ambiguitas) dan era yang penuh ketidakpastian ini harus dihadapi dengan tata kelola yang memadai.
"Kalau kita bicara negara, negara bisa tidak memiliki sumber daya energi tertentu, tetapi bisa saja memiliki cadangan penyangga energi yang memadai, harga dapat dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri untuk menggerakkan perkembangan dan pertumbuhan ekonominya, contohnya Jepang. Jepang tidak punya minyak tetapi punya ketahanan energi yang sangat kuat. Hal ini dapat dicapai jika memiliki regulator pengatur yang berfungsi secara efektif," ungkap Agung Firman.
Nah, ada 3 hal utama, tata kelola harus dibangun accountable, berorientasi kinerja, harus ada inovasi /terobosan. Perlu dicatat, inovasi adalah terobosan tidaklah harus bertentangan dengan aturan, dan saya sampaikan apresiasi BPH Migas bisa buktikan sejauh ini banyak terobosan inovasi yang tidak menabrak aturan.
BBM Satu Harga, menjembatani masalah-masalah terkait dengan akses BBM didaerah 3T. Selain itu secara Komite terus melakukan adaptasi yang dinamis, dengan berbagai masalah dan keterbatasan yang dihadapi.
Mengakhiri sambutan, dirinya mengutip teori Charles Darwin "bukan yang kuat, tetapi yang beradaptasilah yang bisa survive" pungkasnya.
Sementara itu dalam sambutannya M Fanshurullah Asa mengatakan, pembuatan buku ini merupakan tradisi yang dikembangkan oleh Komite BPH Migas periode 2017-2021 untuk menerbitkan satu buku per tahun.Ia mengatakan, buku ini untuk menjadi satu tradisi baru.
“Selama saya menjadi Kepala BPH Migas, 4 tahun lebih, satu tahun satu buku. Buku itu bekerja untuk keabadian, semua yang kita raih atau capai dengan team work tentunya akan hilang musnah dalam sejarah pada saat tidak mampu kita tuangkan dalam satu buku,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, sekarang jamannya milenial, semua bisa berdiskusi tentang migas, energi, melalui Group WA (WhatsApp), tapi pertanggungjawaban secara intelektual, secara akademis by data.
“Buku ini, Insya Allah, dengan pengalaman saya hampir 30 tahun di sektor migas dan hampir 10 tahun saya menjadi Komite dan Kepala BPH Migas, saya siap jika nanti ada kajian-kajian, dialektika kritis untuk menatap Indonesia kedepan yang lebih baik di sektor energi kita,” paparnya.
Isi buku tentang Energi Untuk Kemandirian adalah buku yang mencerminkan atau menjelaskan apa yang telah kami capai selama ini dengan kolaborasi, tidak hanya BPH Migas, tapi ada sektor lainnya baik itu Pemerintahan (Kementerian ESDM, Kementerian BUMN), begitu juga badan usaha (Pertamina), badan usaha swasta yang jumlah mencapai ratusan perusahaan serta masyarakat. Dengan Tusi BPH Migas yang dikawal dalam komite kami yang berjalan secara independen.
"Alhamdulillah sudah kami laksanakan semaksimal mungkin, semampu mungkin dengan instegritas dan profesionalisme kami sebagai Komite BPH Migas," imbuh dia.
Meski demikian, masih terdapat banyak catatan, ide, dan visi terkait yang perlu diisampaikan untuk kepentingan sektor hilir migas di masa depan. Oleh sebab itu, melalui kedua buku tersebut diharapkan dapat mendorong pengembangan sektor hilir migas menjadi lebih baik.