Reksa Dana Campuran Jadi Instrumen Investasi Absolut di Masa Pandemi
Di tengah kondisi perekonomian yang fluktuatif, reksa dana campuran menjadi instrumen investasi yang paling absolut.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tengah kondisi perekonomian yang fluktuatif, reksa dana campuran menjadi instrumen investasi yang paling absolut.
Itu karena komposisi reksa dana campuran tidak mengharuskan minimum investasi pada saham sebesar 80 persen sehingga menjadikan investasi terselamatkan.
Baca juga: Danareksa Perkuat Pemberdayaan SDM Lewat Learning Institute
Direktur Utama Trimegah Asset Management Antony Dirga mengatakan, kondisi ekonomi selama dua tahun terakhir memperpanjang konsolidasi yang terjadi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
"Stabil di satu sisi. Cuma indeks saham yang kita harapkan rata-rata naik per tahun ternyata malah stagnant. Indeks LQ45 malah lebih parah, delapan tahun tidak ke mana-mana," kata Antony dalam webinar, Jumat (20/8/2021).
Baca juga: Ekonom: Postur RAPBN 2022 Bertolak Belakang dari Upaya Antisipatif Pandemi
Menurutnya, kondisi ini membuat fund manager atau manajer investasi tertantang untuk memilih instrumen investasi lebih cermat dan mengalahkan pasar.
Di Trimegah AM, perspektif lama yang selalu mengacu pada indeks tertentu kemudian diubah, dan timbul ide untuk melebarkan dan mengambil approach yang lebih fleksibel. Langkah yang diambil adalah dengan mengambil platform paling fleksibel yang diizinkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yaitu Reksa Dana Campuran.
Baca juga: Perhatikan Hal Ini Sebelum Memulai Berinvestasi
"Campuran boleh satu hingga 79 persen per tipe instrumen, bebas bergerak, fleksibel dan adaptif. Itu dimungkinkan untuk menghadapi market yang volatile," ujar Antony.
Ia menuturkan melalui Reksa Dana Campuran Trimegah Balanced Absolute Strategy (Bastra) kinerja IHSG secara kumulatif dalam kondisi minus hampir 5 persen.
Menurut Antony, di Bastra manajer investasi Trimegah fokus acuannya mengalahkan suku bunga deposito plus lima persen dan bukan mengalahkan IHSG atau LQ45 seperti umumnya Reksa Dana Saham.
"Ketika kami fokus mengalahkan misal IHSG, kalau IHSG negatif minus 37, kami minus 20, maka kami sudah mengalahkan IHSG, akan tapi investor tetap tidak happy karena investor maunya return yang absolut, maunya positif," tukasnya.