7 Produk Investasi Jangka Panjang yang Harus Kamu Tahu, dari Saham, Reksadana hingga Obligasi
Ada cukup banyak instrumen investasi yang masuk ke dalam kategori investasi jangka panjang. Investasi apa saja yang tersedia dan menguntungkan?
Penulis: Bunga Pradipta Pertiwi
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Ternyata, masih banyak masyarakat yang berpendapat bahwa investasi hanya untuk orang-orang kaya saja.
Pola pikir inilah yang membuat minat investasi di Indonesia terbilang rendah.
Padahal, di era digital seperti saat ini, investasi kian mudah dijangkau.
Termasuk untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah.
Sebagai negara berkembang, ini tentu berdampak besar pada pertumbuhan investasi di Indonesia.
Dilihat dari jangka waktunya, investasi dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang.
Kali ini, kita akan membahas tentang investasi jangka panjang.
Setiap instrumen investasi yang masuk ke kategori ini butuh waktu bertahun-tahun untuk mulai menghasilkan return.
Selain itu, risiko yang ditanggung juga umumnya lebih tinggi.
Karena itulah, perlu analisis yang cukup mendalam sebelum memutuskan untuk mengambil investasi ini jangka panjang.
Ada banyak instrumen investasi yang masuk ke dalam kategori investasi jangka panjang.
Investasi apa saja yang tersedia dan menguntungkan?
Berikut tujuh investasi yang cukup populer di Indonesia.
1. Emas
Bagi kamu yang lebih tertarik dengan jenis investasi fisik dengan nilai intrinsik yang lebih jelas, emas bisa jadi pilihan.
Sama halnya dengan deposito, risiko investasi emas juga rendah.
Nilainya cenderung stabil dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Jika ingin investasi emas, sebaiknya pilih emas batangan.
Berbeda dengan emas perhiasan, nilai emas batangan ini murni dinilai dari beratnya.
2. Properti
Selanjutnya ada investasi properti.
Investasi properti memiliki beberapa kesamaan dengan investasi emas.
Ada benda fisik, serta nilainya juga dipastikan terus mengalami peningkatan tanpa banyak fluktuasi.
Selain itu, risikonya juga terbilang rendah.
Cara yang paling sederhana adalah dengan membeli tanah, membangun properti di atasnya dan menjualnya saat harga dinilai sudah cukup tinggi.
Sedangkan untuk cara kedua, kamu bisa menyewakan properti untuk mendapatkan aliran pemasukan.
Meski risiko investasi ini terbilang rendah, properti adalah aset yang bisa rusak oleh waktu.
3. Deposito
Deposito ini mirip dengan tabungan biasa.
Namun, ada dua hal yang membedakannya, yakni tingkat bunga dan adanya waktu jatuh tempo.
Suku bunga deposito lebih tinggi dibandingkan bunga tabungan biasa.
Karena memiliki suku bunga yang lebih tinggi, uang yang kamu investasikan ke deposito tidak bisa diambil sewaktu-waktu.
Ada tenor yang mengikat, jadi sebelum deposito tersebut jatuh tempo, kamu tidak bisa menyentuhnya sama sekali.
Tenor deposito sendiri cukup beragam, secara umum, rata-rata bank menyediakan tenor maksimal 12 bulan.
4. Reksadana
Keempat ada reksadana.
Reksadana adalah sebuah instrumen investasi di mana dana dari beberapa investor dikumpulkan menjadi satu untuk kemudian diinvestasikan ke instrumen-instrumen investasi yang ada di pasar modal.
Reksadana sendiri terbagi menjadi 5 jenis.
Kelima jenis reksadana ini meliputi reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana saham, reksadana campuran dan reksadana index.
Setiap jenis reksadana memiliki potensi dan risiko yang berbeda-beda.
Untuk risiko terendah ada reksadana pasar uang.
Namun jika ingin membeli reksadana, pastikan untuk memahami profil risikomu terlebih dahulu.
5. Saham
Saham merupakan bukti kepemilikan sebuah perusahaan.
Saat kamu membeli saham, pada dasarnya kamu membeli sebagian kepemilikan atas perusahaan yang mengeluarkannya.
Jadi semakin banyak saham yang kamu beli, semakin besar pula persentase kepemilikan perusahaan yang kamu dapatkan.
Return investasi saham biasanya berasal dari dividen dan pertumbuhan nilai saham itu sendiri.
Dividen sendiri diambil dari return yang diperoleh perusahaan.
Namun perlu dicatat, tidak semua perusahaan membagikan dividen kepada investornya.
Beberapa perusahaan justru memilih menggunakan return yang didapat untuk mengembangkan bisnisnya.
Jika dibandingkan dengan tiga jenis investasi sebelumnya, risiko investasi saham terbilang yang paling tinggi.
Sebelum mulai investasi saham, sebaiknya kamu belajar istilah keuangan.
Kamu bisa memperkaya ilmu tentang istilah investasi di kamus keuangan Tokopedia.
Istilah seperti analisa fundamental, analisa teknis, dividen hingga saham bluechip bisa kamu ketahui di sini.
6. Peer to Peer Lending
Jenis investasi peer to peer lending tergolong masih cukup baru di Indonesia.
Meski demikian, popularitasnya terus melejit seiring dengan kejelasan hukum dan kemudahan yang ditawarkannya.
Hal ini bisa dilihat dari banyaknya perusahaan fintech lending yang menjalankan model bisnis ini.
Jumlah uang yang berputar dalam investasi peer to peer lending juga terus tumbuh.
Dalam peer to peer lending, pada dasarnya kamu meminjamkan sejumlah uang kepada pihak yang membutuhkan, baik itu individu ataupun badan usaha.
Suku bunga peer to peer lending ini terbilang cukup menarik.
Banyak fintech lending yang menawarkan suku bunga pinjaman mencapai 18% per tahunnya.
Selain itu, kamu juga bisa mulai berinvestasi peer to peer lending mulai dari Rp 100.000 saja.
7. Obligasi
Terakhir ada obligasi.
Instrumen investasi yang satu ini biasanya sangat disukai oleh para pengusaha dan juga investor.
Obligasi merupakan surat utang yang diserahkan oleh peminjam kepada pemberi pinjaman.
Dalam surat ini tercantum nama kamu sekaligus tanggal jatuh tempo pinjaman.
Selain itu, di dalam surat tersebut juga terdapat bunga yang menjadi kewajiban pinjaman.
Biasanya jangka waktu investasi dari obligasi dari 1 tahun sampai 10 tahun.
(Tribunnews.com)