Analis: Belum Ada Pesaing, IPO GTS Internasional Menarik Buat Calon Investor
GTSI menawarkan sebanyak-banyaknya 2,4 miliar saham atau setara 15,7 persen saham dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sepanjang 2020 PT GTS Internasional (GTSI) membukukan pertumbuhan kinerja positif dengan meraih laba bersih sekitar 16,2 juta USD atau Rp 233,93
miliar (kurs Rp14.440 per USD) berdasar laporan keuangan per 31 Desember 2020.
Laba bersih ini naik hampir 6 juta USD jika dibanding tahun 2019 sebesar 0,67 juta USD, ditopang oleh pertumbuhan pendapatan sebesar 31,33 juta USD pada 2020, naik dari periode sebelumnya di 2019 sebesar USD 30,17 juta.
Secara rinci, kontributor pendapatan GTSI berasal dari pendapatan jasa sewa kapal yang
menyumbang 97,8 persen dari total pendapatan GTSI di 2020.
Wilson Sofan, Direktur PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk (RELI) menilai, GTSI memiliki prospek bagus di bisnis Floating Storage and Regasification Unit (FSRU).
GTSI saat ini sedang melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) hari ke kedua dengan masa penawaran yang akan berakhir pada Senin 6 September 2021.
Baca juga: Melantai di Bursa, GTSI Tetapkan Harga IPO Rp 100 Per Saham
Emiten ini menawarkan sebanyak-banyaknya 2,4 miliar saham atau setara 15,7 persen saham dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO dengan harga yang ditetapkan sebesar Rp 100 per saham.
Baca juga: Usai Merger, BUMN Pelabuhan Buka Peluang untuk IPO
Dalam IPO ini, RELI ditunjuk sebagai sole underwiter atau penjamin tunggal pelaksana emisi.
Sampai dengan 3 September 2021 RELI membukukan hampir 2 kali oversubscribed dari total saham yang ditawarkan ke investor publik.
Baca juga: Sempat Tertunda karena Covid Bank Sampoerna Pastikan Tahun Depan IPO
Dari hasil IPO ini, GTSI diproyeksikan akan meraih dana segar sekitar Rp 240 miliar dan akan dialokasikan untuk pinjaman kepada PT Anoa Sulawesi Regas untuk membangun permanen floating storage regasification unit (FSRU) yang akan dimulai pada kuartal keempat tahun 2021 di Sulawesi Utara.
Mengutip Kontan, jangka waktu pembangunan yang dibutuhkan sekitar 24 bulan. Dana yang diperlukan mencapai US$ 55 juta, dengan asumsi nilai kurs Rp 14.300 per dolar AS.
GTSI saat ini intensif menjajaki kerjasama dengan beberapa pemilik proyek terkait pengadaan FSRU dan Liquefied Natural Gas (LNG) carrier.
Diharapkan mulai 2024-2025, FSRU Jawa Satu yang sudah di-deliver akhir tahun lalu sudah menyumbang pendapatan baru bagi perusahaan.
Wilson menjelaskan, IPO GTSI menarik bagi investor karena belum ada perusahaan lokal yang bergerak di bisnis pengangkutan LNG.
Sementara permintaan pasar juga berpotensi meningkat seiring rencana akan mengurangi emisi karbon, serta pemanfaatan gas yang kini sudah meluas.
Sebagaimana diketahui, sistem transportasi pengangkutan gas seperti LNG tidaklah mudah, harus memenuhi sisi keamanan serta penggunaan kapal berteknologi mutakhir. Dalam hal ini GTSI memiliki keunggulan dalam hal pengangkutan LNG ini.