Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Dorong Produktivitas, Wilmar Perluas Program Kemitraan dengan Petani

PT Wilmar Padi Indonesia bakal memperluas program kemitraan dengan petani di beberapa daerah di Indonesia.

Penulis: Sanusi
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Dorong Produktivitas, Wilmar Perluas Program Kemitraan dengan Petani
Handout
PT Wilmar Padi Indonesia memperluas program kemitraan dengan petani di beberapa daerah di Indonesia. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Sanusi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – PT Wilmar Padi Indonesia bakal memperluas program kemitraan dengan petani di beberapa daerah di Indonesia.

Program kerjasama Tanam Serentak ini memperoleh dukungan dari masing-masing pemerintah daerah, karena dinilai membantu meningkatkan produksi tanaman pangan.

Dalam program ini, perusahaan menyediakan berbagai keperluan musim tanam dan memberikan pendampingan, termasuk menyerap seluruh hasil panen.

Rice Business Head PT Wilmar Padi Indonesia Saronto menjelaskan, kemitraan dengan petani bertujuan agar mereka ikut sejahtera karena mendapatkan harga beli yang layak.

Selain itu, pendampingan yang diberikan dimaksudkan agar mereka dapat mempratikkan kaidah pertanian dengan baik sehingga memperoleh hasil optimal.

“Melalui pendampingan hasil panen diharapkan sesuai dengan standar perusahaan,” kata Saronto, Jumat (10/9/2021).

Baca juga: Pupuk Milik Wilmar Grup Ini Diklaim Bisa Tingkatkan Produksi Padi

Berita Rekomendasi

Sebelumnya, kelompok petani mitra perusahaan telah memanen di lahan tanam seluas 144 ha. Rencananya, mereka akan kembali panen serentak di lahan seluas 500 ha di tiga kabupaten, yaitu Mojokerto, Ngawi, dan Madiun.

Disambut Baik Petani

Sutrisno, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Makmur, Desa Kartoharjo, Ngawi adalah salah satu petani yang sudah dua kali musim tanam bermitra dengan PT WPI.

Baca juga: Jelang Musim Tanam, Stok Pupuk Subsidi Sumut 43.099 Ton

Menurut dia, selama bermitra, mereka memperoleh pendapatan yang lebih baik, terutama saat harga jual gabah kering panen (GKP) sedang tinggi seperti saat ini sebesar Rp 5.000 per kg.

Baca juga: Biak Sukses Ekspor Perdana Produk Tuna ke Singapura

Sutrisno mengklaim, meski harga itu masih dikurangi biaya operasional Rp 350-400, per kg, petani tetap happy. Bahkan pada musim panen sebelumnya dengan harga gabah Rp 4.200 per kg, mereka tetap untung.

Baca juga: Bank Mandiri Cairkan Rp 1,29 Triliun BSU untuk 1,29 Juta Pekerja

“Itupun kami masih diperbolehkan membawa pulang 10 persen dari hasil panennya,” kata Sutrisno.

Petani juga tidak perlu kebingungan memperoleh pupuk, pestisida, dan benih karena telah disediakan perusahaan dengan sistem Yarnen (bayar setelah panen).

Dalam pendampingan tersebut, mereka menggunakan Pupuk Mahkota yang diproduksi oleh PT Wilmar Chemical Indonesia. Walau bukan pupuk bersubsidi, petani rela membayar lebih karena hasilnya terbukti meningkat minimal 11 persen dan tertinggi hingga 33 persen.

Sutrisno membandingkan kondisi sebelum bermitra dengan PT WPI. Selain harus mengalami kendala dalam memperoleh kebutuhan saat musim tanam, petani juga harus berhadapan dengan tengkulak.

Baca juga: Kunjungi Bandung, Mentan SYL: Tiada Hari Tanpa Tanam dan Panen Padi

Mereka seringkali dirugikan karena kurangnya pilihan calon pembeli hasil panen.

Pihaknya berharap dapat seterusnya bermitra dengan PT WPI. Hal itu juga yang membuat jumlah anggota Gapoktan bertambah menjadi 132 petani dengan luas lahan garapan 77 hektare (ha). Sebelumnya, jumlah anggota hanya 23 orang dengan luas lahan garapan 20 ha.

Baca juga: Diklaim Rendah Kalori, Jokowi Sebut Porang Bisa Jadi Makanan Pokok Masa Depan

“Harapan kami adalah bisa sejahtera seterusnya, jangan susah lagi,” tutur Sutrisno.

Peningkatan pendapatan juga dirasakan Sanaji, anggota Kelompok Tani Ngijingan, Desa Purwojati, Mojokerto. Sebelum bermitra, dia mengeluarkan biaya Rp 3 juta untuk keperluan tanam di lahan seluas 1,3 ha.

Setelah bermitra, dia menghabiskan Rp 7 juta untuk keperluan musim tanam. Namun, setelah panen dia memperoleh hasil hingga 6,3 ton GKP dibanding sebelumnya yang hanya 4,7 ton. “Saya untung seru (sekali),” kata Sanaji.

Pihaknya sangat mengapresiasi pendampingan yang dilakukan perusahaan karena dilakukan oleh tenaga berpengalaman, sehingga petani banyak memperoleh informasi. Sebab, mereka masih sering menemui kendala, seperti batang padi yang roboh sehingga hasilnya kurang maksimal.

“Kami berharap di musim tanam yang akan datang ada benih padi yang lebih kuat,” ujar dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas