Kisah Hermawan, Peternak Gen Z dari Purworejo yang juga Sukses Jadi YouTuber
Sebagai bagian dari generasi Z, Hermawan (23) telah jatuh cinta pada beternak hewan. Bahkan, di usia sebelia itu, ia mampu menjual ratusan ekor sapi
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Sebagai bagian dari generasi Z, Hermawan (23) telah jatuh cinta pada beternak hewan. Bahkan, di usia sebelia itu, ia mampu menjual ratusan ekor sapi berbagai ukuran.
Kesuksesan pemuda asal Purworejo, Jawa Tengah, ini tidak terlepas sikapnya yang mau terus belajar serta beradaptasi dengan segala perubahan dan teknologi.
Saat diwawancarai oleh Tribunnews.com, pemilik dari peternakan bernama Setia Farm tersebut mengatakan, kegigihan dirinya dalam berbisnis tidak terlepas dari peran keluarga.
“Saya sendiri dilahirkan dari keluarga pedagang. Jadi satu tuntutan dari orang tua anak laki-laki harus berdagang dan berwirausaha sekecil apapun itu,” kata Hermawan.
Hermawan begitu mantap akan mimpinya untuk memiliki peternakan sendiri. Setelah lulus SMA sekitar tahun 2016, ia memutuskan untuk memulai usaha dengan beternak hewan.
Awalnya, ia mencoba berbagai macam jenis ternak mulai dari ayam, ikan, hingga sapi. Namun seiring berjalannya waktu, ia memutuskan untuk fokus beternak sapi.
“Saya sudah mencoba banyak hal tidak hanya di sapi, pernah di ayam dan ikan. Intinya semua usaha itu menghasilkan dan menguntungkan. Cuma peluang yang paling baik dan tepat yakni sapi. Hal tersebut karena kebutuhan sapi di kota kami masih kurang,” kata Hermawan.
Awal merintis usaha beternak, pria yang pernah mengenyam pendidikan S1 Keperawatan ini mengatakan sama sekali tidak memiliki ilmu dalam bidang peternakan. Namun, berkat keinginan belajar yang tinggi, secara otodidak ia mampu memahami seluk beluk mengenai ilmu peternakan.
“Kami belajar secara otodidak bagaimana cara merawat sapi, agar bisa berkembang biak, mempertahankan kelangsungan hidupnya, dan membesarkannya,” kata Hermawan.
Rawat sapi dengan kasih sayang
Dalam merawat hewan ternaknya, Hermawan tidak hanya sebatas memberikan pakan. Peternak muda ini juga tidak segan untuk memandikan hingga mengajak sapinya berjalan-jalan.
Langkah itu sengaja dilakukan karena ia sadar sapi memiliki nyawa dan mesti dirawat dengan sungguh-sungguh serta penuh kasih sayang.
“Saya tidak menyamakan sapi dengan manusia. Saya hanya menganggap sapi itu adalah bagian dari keluarga. Sapi itukan nyawa bukan properti atau benda mati,” ujar Hermawan.
Tidak hanya itu, Hermawan bahkan kerap membantu memenuhi kebutuhan biologis para sapi di Setia Farm. Salah satu caranya dengan mencarikan sapi betina agar kebutuhan tersebut dapat terpenuhi.
“Saya merawat sapi totalitas dan tidak tanggung-tanggung. Kalau sapi itu wangi nilai positifnya bagi kita sendiri ada, lingkungan juga seneng, dan sapinya juga ikut nyaman,” jelasnya.
Gaet konsumen dari YouTube
Selain belajar dan memenuhi berbagai kebutuhan sapi, Hermawan juga tak segan beradaptasi dengan perubahan zaman, salah satunya masuk ke platform digital seperti YouTube dan Instagram pada akhir 2019 lalu.
Menurut pemiliki Channel YouTube Setia Farm, kedua platform tersebut sangat membantu dirinya untuk mengembangkan bisnis yang sedang dirintis.
Dari sisi marketing, ia bercerita ketika dulu masih menggunakan sistem offline, hewan ternaknya milikinya belum mampu menjangkau konsumen dari dari berbagai daerah.
“Dulu (sebelum masuk youtube) promosi pake brosur mereka (konsumen) tidak mau,” ungkapnya.
Namun kini, setelah memanfaatkan media sosial, ia mengakui konsumen yang membeli sapinya berasal dari berbagai daerah dan profesi.
Para pembeli sapinya bukan lagi keluarga, lingkungan sekitar, atau konsumen tetap. Ada pula artis ibu kota, pejabat, dan tokoh masyarakat lainnya yang membeli sapi di Setia Farm.
Setelah aktif berpromosi melalui media sosial, penjualan sapi di Setia Farm mengalami peningkatan yang cukup besar. Menurut peternak muda ini, hasil berjualan dan promosi dari media sosial bisa tembus sampai 95%. Sementara itu untuk 5% lainya bersumber dari keluarga, lingkungan sekitar, dan konsumen tetap.
Selain sebagai media promosi, melalui YouTube dan Instagram Hermawan pun turut berbagi ilmu dalam dunia perternakan kepada para audiens.
“Dari situ fokus, kita sharing ilmu untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat yang ingin beternak sapi,” tambah Hermawan.
Meskipun kanal YouTube Setia Farm telah tembus lebih 1 juta subscriber, Hermawan memastikan, ia tetap akan fokus dalam dunia peternakan ketimbang jadi bintang YouTube.
Peternak harus mau beradaptasi
Hermawan berpesan, bagi mereka yang tertarik dalam dunia peternakan mesti memiliki tiga kunci utama yakni menjaga kepercayaan, relasi, dan adaptasi.
Menjaga kepercayaan konsumen sangatlah penting dimiliki para peternak. Dengan menjaga kepercayaan, konsumen akan kembali membeli hingga membantu mempromosikan produk yang kita miliki.
Selanjutnya, menjalin relasi dengan peternak lain. Dengan adanya relasi, para peternak bisa saling bekerja sama untuk menjual ternak lebih banyak dan saling merekomendasikan hewan ternak satu sama lain.
Terakhir dan yang tidak kalah penting, peternak harus mau melakukan adaptasi. Dengan adaptasi, mereka dapat terus mengembangkan usahanya. Misalnya, seperti Setia Farm yang memberdayakan media sosial untuk promosi.
“Kebanyakan dari mereka yang tidak memanfaatkan gadget itu gulung tikar. Kalau tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi yah bisa gulung tikar. Sebagai peternak itu harus tetap adaptasi dengan teknologi itu satu kewajiban. Yang jelas sosial media adalah salah satu cara yang paling ampuh dan kuat,” tutup Hermawan.