Bahlil: Tahun Ini, Perusahaan Tiongkok CATL Akan Bangun Pabrik Baterai Mobil Listrik di Indonesia
Produsen baterai asal Tiongkok, CATL dikabarkan akan berinvestasi senilai 5 miliar dolar AS untuk membangun pabrik baterai.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia menyampaikan akan ada beberapa perusahaan asing yang berniat membangun pabrik baterai kendaraan listrik di Indonesia.
"CATL (Contemporary Amperex Technology) dalam proses. Doakan Insya Allah tahun-tahun ini juga kita akan mulai groundbreaking-nya," kata Bahlil secara virtual, Jumat (17/9/2021).
Untuk perusahaan lainnya, Bahlil tidak dapat menyebutkan karena belum terjadi penandatanganan kerja sama, baru tahap dalam pembicaraan.
Baca juga: Bahlil Ungkap Ada Negara Tetangga Berniat Jegal RI Jadi Produsen Baterai Mobil Listrik
"Beberapa negara lain yang akan masuk, tapi tidak boleh saya umumkan dulu, tunggu saya teken dulu baru diumumkan," papar Bahlil.
Produsen baterai asal Tiongkok, CATL dikabarkan akan berinvestasi senilai 5 miliar dolar AS untuk merealisasikan pembangunan pabrik baterai.
Baca juga: Menteri Investasi: Mei 2022, Hyundai Mulai Produksi Mobil Listrik di Indonesia
CATL telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk alias Antam. Perusahaan pelat merah ini akan memasok bahan baku pembuatan baterainya.
Sementara terkait perkembangan Tesla yang turut berniat bangun pabrik baterai, Bahlil mengaku belum memonitor perkembangan terbaru hal tersebut.
"Soal Tesla ini kebetulan ditangani langsung oleh tim yang ada di Kemenko Marinves," ucap Bahlil.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik di Karawang milik PT HKML Battery Indonesia, dengan nilai investasinya 1,1 miliar dolar AS atau setara Rp 15,62 triliun (kurs Rp 14.200)
Pabrik baterai kendaraan listrik itu merupakan bagian dari nota kesepahaman yang disepakati antara Indonesia dengan Korea Selatan, terkait proyek investasi cell baterai kendaraan listrik terintegrasi senilai 9,8 miliar dolar AS atau setara Rp 142 triliun.
Pabrik baterai kendaraan listrik tersebut berkapasitas 10 gigawatt hour (GWH). Perusahaan pemilik pabrik merupakan gabungan antara konsorsium perusahaan Korsel dan konsorsium BUMN RI.