CATL Bangun Pabrik Baterai Kendaraan Listrik Akhir Tahun 2021, Investasi 5 Miliar Dollar AS
Indonesia menjadi negara yang cocok untuk investasi pada sektor energi baru terbarukan (EBT), apalagi adanya ketersediaan bahan baku untuk baterai
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia menyebut produsen baterai asal China, Contemporary Amperex Technology (CATL) akan membangun pabrik baterai kendaraan listrik di Indonesia pada akhir 2021.
"Akhir Desember ini (2021), mulai membangun kerja sama pemerintah Indonesia, BUMN dengan CATL," kata Bahlil saat acara Dialog Investasi EU Talkshow - EuroCham BKPM: Attracting Investment through Structural Reform secara virtual, Selasa (21/9/2021).
Menurut Bahlil, Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, dan memiliki penduduk 270 juta jiwa atau 43 persen dari populasi negara di Asia Tenggara.
Oleh sebab itu, Indonesia menjadi negara yang cocok untuk investasi pada sektor energi baru terbarukan (EBT), apalagi adanya ketersediaan bahan baku untuk baterai.
"Kami sudah lebih mendorong yang namanya energi baru terbarukan, hilirisasi terhadap sumber daya alam kami, termasuk di dalamnya adalah mendorong pembangunan mobil listrik dan baterai di Indonesia," papar Bahlil.
Baca juga: Daftar Harga Mobil Mitsubishi Bekas September 2021: Delica, Maven, Grandis, Pajero, hingga Strada
CATL dikabarkan berinvestasi senilai 5 miliar dolar AS untuk merealisasikan pembangunan pabrik baterai di Indonesia.
Perusahaan tersebut pun telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk untuk memasok bahan baku pembuatan baterainya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik di Karawang milik PT HKML Battery Indonesia, dengan nilai investasinya 1,1 miliar dolar AS atau setara Rp 15,62 triliun (kurs Rp 14.200)
Pabrik baterai kendaraan listrik itu merupakan bagian dari nota kesepahaman yang disepakati antara Indonesia dengan Korea Selatan, terkait proyek investasi cell baterai kendaraan listrik terintegrasi senilai 9,8 miliar dolar AS atau setara Rp 142 triliun.
Pabrik baterai kendaraan listrik tersebut berkapasitas 10 gigawatt hour (GWH). Perusahaan pemilik pabrik merupakan gabungan antara konsorsium perusahaan Korsel dan konsorsium BUMN RI.