Masuk Masa Tenggang, Raksasa Properti China Evergrande Terancam Default Jika Tak Bayar Utang
kekhawatiran investor terhadap potensi gagal bayar atau default China Evergrande makin nyata. ini sebabnya
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, SHANGHAI - Kekhawatiran investor terhadap potensi gagal bayar atau default China Evergrande makin nyata.
Sebab hingga Jumat (24/9), raksasa pengembang properti China ini masih kesulitan membayar utangnya.
Mengutip Reuters pada Jumat (24/9), perusahaan berutang US$ 305 miliar. Namun, China Evergrande telah kesulitan membayar bunga obligasi senilai US$ 83,5 juta yang telah jatuh tempo.
Baca juga: Menkeu AS Kumpulkan CEO Perusahaan Finansial, Bahas Risiko Gagal Bayar Utang Pemerintah
Perusahaan saat ini memasuki masa tenggang 30 hari untuk menunaikan kewajibannya. Bila pembayaran tidak dilakukan, maka utang termasuk akan dinyatakan sebagai default.
"Ini adalah periode hening yang menakutkan karena tidak ada yang mau mengambil risiko besar pada tahap ini. Belum pernah kasus sebesar Evergrande terjadi. Kita harus melihat dalam sepuluh hari ke depan, sebelum China memasuki hari libur, bagaimana kelanjutannya,” ujar Howe Chung Wan, kepala pendapatan tetap Asia di Principal Global Investors di Singapura.
Baca juga: Risiko Gagal Bayar Bisa Picu Krisis Keuangan, Menkeu AS Kembali Dorong Kongres Naikkan Batas Utang
Guna mendukung pasar, Bank sentral China kembali telah menyuntikkan uang tunai ke dalam sistem perbankan pada hari Jumat.
Kendati demikian, regulator keuangan di China masih bersikap diam tentang kesulitan Evergrande ini. Bahkan media pemerintah China tidak ada satupun yang memberikan petunjuk tentang paket penyelamatan.
Evergrande telah menunjuk penasehat keuangan dan memperingatkan default pekan lalu. Hal ini berdampak pada jatuhnya pasar dunia pada hari Senin lalu, karena kekhawatiran akan memberikan efek yang menular ke berbagai negara.
Masalahnya, kasus Evergrande ini bisa dapat menghancurkan pasar properti yang menyumbang 40% dari kekayaan rumah tangga Cina. Protes oleh pemasok, pembeli rumah, dan investor yang tidak puas minggu lalu menggambarkan ketidakpuasan yang dapat meningkat jika default memicu krisis di pengembang lain.
Evergrande telah berjanji untuk memprioritaskan investor tersebut dan menyelesaikan satu pembayaran kupon pada obligasi domestik minggu ini.
Tetapi tidak disebutkan apa-apa tentang pembayaran bunga luar negeri yang jatuh tempo pada hari Kamis depan senilai US$ 47,5 juta.
Pemegang obligasi mulai berpikir mungkin sekitar satu bulan sebelum semuanya menjadi lebih jelas. Pasar telah berasumsi bahwa mereka akan melakukan pemotongan besar-besaran.
"Harga pasar saat ini memperkirakan bahwa investor dalam obligasi dolar Evergrande kemungkinan akan pulih sangat sedikit. Hasil yang paling mungkin adalah bahwa perusahaan akan terlibat dengan kreditur untuk membuat perjanjian restrukturisasi," kata kata Jennifer James, manajer portofolio dan analis pasar negara berkembang terkemuka di Janus Henderson Investors.
Pasar global telah mulai pulih setelah penderitaan Evergrande memicu aksi jual tajam, perdagangan atas dasar bahwa krisis dapat diatasi.