Survei Cigna: Indeks Persepsi Kesejahteraan Indonesia 2021 Turun
Survei dilakukan di 21 negara di antaranya AS, Inggris, Jerman, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Australia, Jepang, Singapura, Thailand, dan Indonesia
Penulis: Sanusi
Editor: Choirul Arifin
Jumlah itu termasuk mereka yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), dirumahkan tanpa upah, hingga pengurangan jam kerja dan upah.
Pandemi juga membuat ekonomi mengalami tekanan berat. Pada kuartal kedua hingga empat 2020 lalu pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di teritori negatif yakni 15,32% di kuartal II, -3,49% di kuartal III, dan -2,19% di kuartal IV.
Pelemahan masih berlanjut pada kuartal I 2021 yakni -0,74%, namun pada kuartal II 2021 membaik menjadi 7,07% secara tahunan (year on year/yoy).
Demikian pula data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) perbankan selalu berada di atas tiga persen sejak Mei 2020, sedangkan nilai kredit perbankan mengalami penurunan.
NPL perbankan pada April 2021 sebesar Rp 176,48 triliun atau 3,22% dari total kredit yang dikucurkan, yakni Rp 5.482,17 triliun.
Tekanan ekonomi itu diakui oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani yang mengatakan, dampak pandemi Covid-19 mengakibatkan tingkat kemiskinan Indonesia naik dari 9,22 % pada September 2019 menjadi 10,19 % pada September 2020.
Namun, dengan pemulihan ekonomi yang terjadi pada kuartal kedua 2021, tingkat kemiskinan mulai menunjukkan perbaikan di 10,14 %. Sri Mulyani menegaskan, pemerintah terus berusaha untuk memulihkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
Sementara itu, Direktur Pemasaran dan Kerja Sama Strategis Cigna Indonesia, Akhiz Nasution menyebutkan, penurunan skor kesejahteraan tidak hanya dialami oleh Indonesia, namun seluruh negara yang disurvei.
Dikatakan, yang paling terdampak adalah pilar kesejahteraan dengan skor penurunan sebesar 1,5 poin.
Hal ini terjadi karena pembatasan (lockdown) yang diterapkan di negara-negara dunia sebagai dampak pandemi. Akibatnya, masyarakat tidak bisa menjalin hubungan sosial seperti layaknya sebelum pandemi.
Akhiz menjelaskan, untuk Indonesia, skor persepsi kesejateraan sosial turun dari 68,5 pada tahun sebelumnya menjadi 66,5 pada tahun 2021.
Penurunan terbanyak terjadi pada item “waktu bersama teman” yang anjlok dari 31 menjadi 24. Ini menjadi penurunan terbesar dibanding negara tetangga karena kebiasaan orang Indonesia yang senang berkumpul bersama teman dan keluarga.
Di sisi lain, persepsi kesejaheraan keuangan juga mengalami penurunan skor dari 59,1 pada tahun sebelumnya menjadi 53,6 pada tahun 2021. Salah satu diantaranya adalah anjloknya kemampuan membayar Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dari 36 ke 24 atau turun 12 poin. Angka ini lebih rendah dari Thailand yang tidak mengalami penurunan.
Kemampuan menyiapkan biaya kesehatan dan pendidikan juga menurun. Demikian pula kemampuan finansial untuk dapat melakukan hobi atau liburan bersama keluarga anjlok delapan poin dari 26 menjadi 18. Khusus untuk kelompok usia menengah, mereka merasa tidak nyaman dengan keamanan keuangan jika terjadi hal darurat, seperti membiayai kesehatan yang tak terprediksi terutama bila terpapar Covid-19.