Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Permodalan Bank Terbukti Kokoh, Tak Terpengaruh Pandemi Covid-19

Rasio kecukupan modal (capital adequanty rate/CAR) perbankan nasional meningkat selama masa pandemi Covid-19.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Permodalan Bank Terbukti Kokoh, Tak Terpengaruh Pandemi Covid-19
Kontan
Ilustrasi: Bank Panin Syariah 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Rasio kecukupan modal (capital adequanty rate/CAR) perbankan nasional meningkat selama masa pandemi Covid-19.

Hal ini membuktikan bahwa tingkat permodalan bank di tanah air masih sangat kokoh.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, CAR perbankan berada di level 24,58% pada Agustus 2021.

Nilai itu meningkat dari realisasi bulan sebelumnya yakni 24,30% dan Agustus 2020 sebesar 23,50%.

Baca juga: Punya Uang Rusak atau Kadaluwarsa? Bank Indonesia Layani Penukarannya, Berikut Lokasi dan Jadwalnya

Secara umum, perhitungan CAR diperlukan untuk mengatasi potensi risiko kerugian bisnis.

Semakin besar nilai modal, semakin kuat pula kemampuan bank untuk menanggung risiko dan membiayai kegiatan operasional.

PT Bank Panin Tbk, misalnya, memiliki ekuitas Rp 43,83 triliun dengan CAR sebesar 29,18% per Juni 2021.

Berita Rekomendasi

Dengan realisasi itu, Bank Panin masih terus menjaga rasio kecukupan modal untuk menyokong kegiatan operasional ke depan.

Baca juga: Investasi di Aset Kripto Tak Melulu Berbuah Manis, Bank Indonesia Beberkan Potensi Risikonya

"Insya Allah, kami akan pertahankan posisi CAR sekitar 29%-30% di akhir tahun 2021," terang Presiden Direktur Bank Panin Herwidayatmo, Kamis (7/10/2012).

Untuk saat ini, perusahaan belum berencana menambah struktur permodalan baru karena likuiditas masih mencukupi.

Bahkan, rencana penerbitan surat utang juga belum ada karena masih mempertimbangkan kebutuhan likuiditas dan situasi pasar.

Tak berbeda jauh, permodalan PT Bank Pertama Tbk juga masih memadai.

Hingga Juni 2021 saja, posisi CAR perusahaan masih di atas industri perbankan yakni sebesar 35,5%.

Baca juga: Meterai Elektronik Resmi Diluncurkan, Menkeu Sri Mulyani Mulai Uji Coba Penjualan Lewat Bank

Oleh karena itu, Bank Permata belum berencana melakukan penambahan modal hingga lima tahun ke depan.

Mengingat, posisi permodalan perusahaan juga masih kuat.

"Rasanya tidak ada bank umum lokal yang punya CAR setinggi kami. Jadi modal ini masih sangat cukup untuk menunjang bisnis dari berbagai segmen," ungkap Direktur keuangan Bank Permata Lea Setianti Kusumawijaya.

Sebelumnya, Bank Permata sudah memenuhi ketentuan regulasi mengenai bank sistemik.

Salah satunya dengan menerbitkan obligasi subordinasi pada Desember 2020 yang merupakan instrumen untuk menambah modal inti atau altenatif tier 1.

Obligasi ini bersifat perpetual sehingga lebih mirip modal daripada surat utang.

Tak hanya itu, penguatan modal juga bisa dilakukan lewat kebijakan pembayaran dividen.

Perusahaan akan mengkaji setiap tahun apakah laba yang diperoleh diberikan sebagai dividen atau diinvetasikan kembali untuk memperkuat bisnis.

Sementara itu, rasio pemodalan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk kian kuat.

Bank pelat merah ini baru saja menerbitkan Additional Tier-1 Capital Bond Tahun 2021 sebesar US$ 600 juta atau sekitar Rp 8,6 triliun.

Penguatan modal ini merupakan langkah perseroan untuk menambah bantalan mitigasi risiko yang mungkin timbul di tengah ketidakpastian akibat pandemi Covid-19.

Sekaligus memanfaatkan peluang yang terbuka untuk melakukan ekspansi bisnis.

“Per Juni 2021, CAR BNI di level 18,18%. Dengan Additional Tier-1 Capital Bond ini, CAR BNI jadi kisaran 20%,” ujar Direktur Keuangan BNI Novita W. Anggraini. (Ferika Sari)

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Permodalan bank makin kokoh selama pandemi

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas