Harga Batubara Semakin Membara, Kebutuhan Untuk Listrik Dalam Negeri Harus Didahulukan
Melonjaknya harga batubara tersebut tidak lepas dari bencana yang melanda di negeri produsen utama batubara yaitu China.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Harga batubara dalam beberapa waktu terakhir meroket.
Harga global salah satu komoditas energi tersebut kini telah mencapai hingga 200 dolar AS per ton.
Melonjaknya harga batubara tersebut tidak lepas dari bencana yang melanda di negeri produsen utama batubara yaitu China.
Negeri tirai bambu tersebut menghentikan sejumlah penambangan akibat bencana banjir yang melanda.
Terakhir adalah penghentian sementara 60 pertambangan di Provinsi Shanxi.
Seperti dikutip oleh Bloomberg seperti dikabarkan oleh Kontan.co.id, hujan deras awal pekan lalu menyebabkan tanah longsor di banyak kota di provinsi itu, menyebabkan korban jiwa, menurut Pemerintah Shanxi, tanpa memberikan perincian lebih lanjut.
Baca juga: Kekurangan Batubara, India Dilanda Krisis Energi, Mulai Ada Pemadaman Listrik
Bencana tersebut memicu respons yang juga membuat pekerjaan di 1.035 lokasi konstruksi dihentikan dan 166 tempat wisata ditutup di wilayah tersebut, Pemerintah Shanxi menambahkan.
Penangguhan terbaru mengikuti penghentian produksi 27 tambang batubara di provinsi China Utara pada 4 Oktober lalu.
Penghentian produksi tambang batubara di Shanxi menambah tekanan baru pada China yang sudah berjuang dengan krisis energi yang telah menyebabkan penjatahan listrik untuk pabrik-pabrik dan bahkan menyebabkan pemadaman di pemukiman penduduk.
Dengan berhentinya pasokan batubara lokal, China tentu meningkatkan impor komoditas ini dari negara produsen lainnya, hal ini menjadi salah satu penyebab meningkatnya harga batubara internasional.
Baca juga: Pengamat Nilai Indonesia Harus Optimalkan PLTU Batubara
Permintaan batubara yang terus meningkat di China akibat kenaikan kebutuhan untuk pembangkit listrik yang melampaui kapasitas pasokan domestik.
Harga Batubara Acuan (HBA) Indonesia sementara ini naik menjadi 161,63 dolar AS per metrik pada Oktober 2021, tertinggi dalam satu dekade terakhir.
Selamatkan PLN dengan Patuhi DMO
Pengamat energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Tumiran mengungkapkan, lonjakan harga batubara terjadi akibat adanya peningkatan permintaan komoditas.