Dulu Dianggap Kawasan Kumuh, Kini Wilayah Cipanyir Tasikmalaya Jadi Potensi Wisata Sungai
Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) meningkatkan kualitas kawasan permukiman kumuh
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) meningkatkan kualitas kawasan permukiman kumuh guna mengangkat potensi sumber daya di wilayah setempat.
Di Provinsi Jawa Barat, satu program penataan kawasan telah diselesaikan Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Jawa Barat Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya Kementerian PUPR di Kelurahan Cipedes dan Panyingkiran (Cipanyir) di Kota Tasikmalaya.
Penataan Kawasan Cipanyir bermula dari kegiatan penataan Permukiman Kumuh Perkotaan (PKP) skala lingkungan melalui program Padat Karya Tunai (PKT) Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) pada 2018 hingga 2019 dan dilanjutkan pekerjaan peningkatan kualitas permukiman kumuh skala kawasan.
"Kepadatan dan ketidakberaturan permukiman serta minimnya infrastruktur menyebabkan kawasan ini menyandang predikat kumuh," ujar Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah Jawa Barat Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR Oscar RH Siagian di Tasikmalaya, ditulis Kamis (14/10/2021).
Dia menyampaikan, penyulapan kawasan Cipanyir mulai dilaksanakan sejak Desember 2020 dan telah selesai pada Agustus 2021.
Diharapkan dengan selesainya penataan skala kawasan dapat mewujudkan lingkungan di Cipanyir menjadi kawasan terbebas dari kekumuhan dan meningkatkan taraf hidup masyarakatnya.
"Selanjutnya, tahun ini dilakukan peningkatan kualitas permukiman skala kawasan dengan pendekatan menata. Jadi, harapannya memang selain mengurangi kesan kumuh, juga dapat menjadi destinasi wisata edukasi," kata Oscar.
Sementara untuk pekerjaan yang telah diselesaikan meliputi penataan kawasan pemukiman di sepanjang daerah aliran Sungai Ciloseh dengan luas sekitar 15 hektar.
Lalu, revitaslisasi jembatan yang menghubungkan wilayah RW 08 Panyingkiran dan RW 07 Cipedes, rehabiitasi jalan lingkungan sepanjang 250 meter, serta pembuatan ruang terbuka publik dengan memajukan lahan bantaran sungai.
Baca juga: Pembangunan Bendungan Leuwikeris di Jawa Barat Sudah Mencapai 80 Persen
Selain itu, pembangunan tembok penahan tebing sekitar 200 meter, septic tank komunal berupa Instalansi Pengolahan Air Limbah (IPAL), drainase lingkungan, dan Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R).
Oscar menambahkan, anggaran program penataan kawasan ini sekira Rp 6 miliar yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021.
"Adapun infrastruktur yang dibangun merupakan infrastruktur dasar, masih ada dua pekerjaan tidak kami intervensi karena memang bukan masuk di ranah kami. Hal itu yakni penataan hunian atau rumahnya dan kelengkapan pemadam kebakaran karena ini juga penting untuk kegiatan peningkatan kualitas permukiman," pungkasnya.
Sebagai tambahan informasi, setelah dilakukan penataan, selain mengurangi kawasan kumuh, kini masyarakat juga memiliki ruang terbuka hijau baru sebagai tempat berinteraksi warga.
Saat ini kawasan tersebut menjadi tujuan wisata representatif bagi masyarakat sekitar serta ikon kebanggaan wisata sungai yang berada di tengah Kota Tasikmalaya.