Menteri Bahlil Siap Kawal Perusahaan Belanda Investasi Pala di Papua Barat
Perusahaan rempah terbesar dunia itu menyampaikan minatnya untuk berpartisipasi dalam program peremajaan dan penanaman komoditas
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyatakan siap mengawal perusahaan asal Belanda untuk berinvestasi Pala di Kabupaten Fakfak, Papua Barat.
Hal tersebut disampaikan Bahlil dalam rangkaian kunjungan kerjanya ke Eropa. Ia bertemu dengan CEO Verstegen Spices & Sauces B.V. Michel Driessen di kantor pusat Verstegen di Rotterdam, Belanda.
"Pertemuan merupakan tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya pada November 2020 lalu, di mana mereka berminat untuk investasi di Papua Barat pada sektor perkebunan pala dan industri pengolahannya," ucap Bahlil dalam keterangannya, Sabtu (16/10/2021).
Baca juga: Syarief Hasan: Smelter di Gresik Harusnya Solusi Pemerintah Perlu Serius Dorong Komoditas Tambang
Perusahaan rempah terbesar dunia itu menyampaikan minatnya untuk berpartisipasi dalam program peremajaan dan penanaman komoditas pala serta industri pengolahannya di Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Saat ini, Verstegen telah mendirikan Kantor Perwakilan Perusahaan Asing (KPPA) di Indonesia.
Bahlil menerangkan pengembangan perkebunan pala ini sejalan dengan mandat langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada Kementerian Investasi/BKPM untuk mengembalikan kejayaan rempah-rempah Indonesia.
Baca juga: Didorong Harga Komoditas, IHSG Diprediksi Tembus Rekor 2021, Cermati Sejumlah Saham Ini
"Hal ini dituangkan dalam Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2020 tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Papua dan Papua Barat," imbuh Bahlil.
Bahlil menerangkan, saat ini telah tersedia lahan seluas 40.000 hektar di Fakfak yang dapat digunakan untuk membangun perkebunan pala dan industri pengolahannya. Rencana pengembangan industri pala ini juga telah didukung oleh hasil studi dari Institut Pertanian Bogor (IPB).
“Verstegen tidak perlu khawatir terkait urusan lahan di daerah. Kementerian Investasi/BKPM siap fasilitasi dan urus izin-izinnya. Untuk pelaksanaannya, bisa kita lakukan secara bertahap. Mulai dari lahan seluas 10 ribu hektar terlebih dulu, kemudian kita pantau dan pelajari untuk ekspansi nantinya,” imbuh Bahlil
Baca juga: Kinerja Ekspor Indonesia Terdongkrak oleh Kenaikan Harga Komoditas dan Pulihnya Ekonomi Negara Mitra
Verstegen, ucap Bahlil, dapat menjadi investor perkebunan pala serta memasarkan produk akhir dan membantu dalam jaringan distribusi dengan keahlian dan koneksi yang dimiliki.
Sementara itu, Michel Driessen mencatat, model bisnis yang biasa dijalankan pihaknya yaitu bekerja sama dengan mitra lokal pemilik lahan perkebunan, bukan menjadi pemilik lahan. Verstegen nantinya akan lebih fokus pada pendistribusian produk, pelatihan petani lokal, serta transfer pengetahuan.
“Kami berterima kasih atas dukungan Kementerian Investasi/BKPM dan siap bekerja sama. Selanjutnya, kami akan segera mengirimkan tim ke Fakfak untuk mempelajari seluruh detail proposal yang ditawarkan, termasuk estimasi biaya, kemungkinan kemitraan, proses pascapanen, dan lain-lain,” ucap Driessen.
Pengembangan industri rempah-rempah terintegrasi perkebunan pala ini nantinya dapat mengamankan kedua sisi, yaitu pasokan (supply) dan permintaan pasar internasional (demand) atas rempah-rempah asal Indonesia.