Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Bisnis Makanan Beku yang Menggiurkan, Terus Meningkat di Masa Pandemi

Di tahun ini, pertumbuhan diprediksi dapat mencapai 6 persen karena terbantu dengan distribusi dan penyimpanan vaksin

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Bisnis Makanan Beku yang Menggiurkan, Terus Meningkat di Masa Pandemi
Dok. Tukoni
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Bisnis makanan beku (frozen food) kini semakin menjanjikan, bahkan sudah banyak pelaku yang terjun ke bisnis ini.

Ketua Umum Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI) Hasanuddin Yasni mengatakan, bisnis frozen food di tingkat usaha mikro kecil menengah (UMKM) maupun rumahan, memang menyumbang cuan bagi bisnis cold chain dan juga industri frozen food sendiri.

Diperkirakan, bisnis makanan beku ini terus meningkat.

Pada 2020 lalu, jelas Yasni, nilai pasarnya mencapai Rp80 triliun dan tahun ini diprediksi menjadi Rp 95 triliun.

Pria ini optimistis di tahun 2025, nilai pasar frozen food bisa mencapai Rp 200 triliun.

Baca juga: Heboh Pemanggilan Pelaku UMKM Frozen Food oleh Polisi, Menkop Hingga Kepala BPOM Angkat Bicara

"Tren makanan beku ke depannya, pasarnya dapat mencakup hingga ke pelosok, jadi dibutuhkan mini-mini temperature-storage sebagai hub dari pasar ritel, third party logistics dan distribution center," jelas Yasni.

Ia melanjutkan, produk penunjang makanan beku berupa mini temperature-storage berkapasitas 10-100 ton secara bertahap juga akan tumbuh pesat.

Berita Rekomendasi

Belum lagi, adanya chest freezer yang disediakan oleh UMKM dan pebisnis rumahan.

Dalam catatannya, saat ini secara statistik banyaknya jenis chest freezer adalah 1 dari 40 jumlah penduduk atau 1 : 40.

Baca juga: Inilah Waktu yang Tepat Berikan Frozen Food untuk Anak-anak

Dari perkiraan tersebut, Yasni memprediksi nilai pasar frozen food bisa mencapai Rp95 triliun tahun ini dan melonjak hingga Rp200 triliun pada 2025 mendatang.

Ia mengatakan, manisnya hasil tersebut juga mempengaruhi bisnis cold chain. ARPI mencatat, bisnis cold chain sebelum pandemi tumbuh pada rerata 6-7persen, lalu terkoreksi 3,1 persen di tahun 2020.

Di tahun ini, pertumbuhan diprediksi dapat mencapai 6 persen karena terbantu dengan distribusi dan penyimpanan vaksin, serta serta frozen food.

"Adapun pada tahun 2022, bisnis cold chain diprediksi dapat mencapai 9 persen," sambungnya.

Untuk menyiasati pertumbuhan bisnis frozen food tersebut, ARPI menyediakan layanan di pelabuhan peti kemas reefer container, third party logistics dan industri peranan jasa pelayanan frozen food untuk bisnis B to C yang disediakan dari industri market place, e-commerce dan service provider.

Baca juga: Omzet Turun karena Pandemi, Christopher Sebastian Andalkan Metode Online di Bisnis Frozen Food

Tak hanya itu, titik cold chain di last mile juga akan menggiring efisiensi biaya cold chain logistics secara keseluruhan (dari first mile ke middle mile dan last mile), dan ini sudah bertahap ada semenjak situasi pandemi tahun lalu.

"Sementara untuk standar SNI untuk cold chain logistics sedang digarap. Nantinya setiap industri jasa pengiriman frozen food juga selayaknya tersertifikasi sesuai hasil SNI-nya,"tutup dia.

Saat Pandemi Malah Meningkat

Sementara itu Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Ikhsan Ingratubun mengakui jika saat ini pelaku bisnis menengah usaha mikro kecil menengah (UMKM) menjual makanan beku (frozen food).

Mengenai pertumbuhan pasar makanan beku di masa pandemi, Ikhsan berkata tidak memiliki data.

Namun pihaknya memprediksi kenaikannya lebih dari 50 persen sepanjang masa pandemi.

"Kami tidak memiliki datanya, namun kenaikannya mungkin ada di atas 50%,"ujarnya saat dihubungi oleh Kontan, Kamis (21/10).

Jarak koordinasi yang Lebar

Ikhsan selanjutnya juga menyoroti lebarnya jarak koordinasi antara pemerintah dengan kepolisian terkait izin edar makanan beku, sehingga berbuah penangkapan pelaku bisnis UMKM ke polisi.

Kejadian yang sempat menghebohkan sosial media tersebut, dinilai Ikhsan sangat berlebihan.

Ia berkata kalau ada sinkronisasi atau harmonisasi antara pemerintah dengan para penegak hukum atau polisi, pelaku UMKM tersebut tidak perlu menjalani pemeriksaan yang berlebihan.

Selain itu, Ikhsan juga menilai pemerintah tidak melakukan sosialisasi secara merata kepada pelaku UMKM terkait pentingnya izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan izin edar Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT).

"Jika ada sosialisasi izin edar, hal itu dilakukan kepada para pelaku UMKM yang itu-itu saja. Padahal UMKM banyak. Jadi kami berpikir sosialisasi tersebut hanya formalitas saja.

Padahal sosialisasi juga bisa dilakukan lewat media sosial, kalau aturannya jelas," sambungnya.

Ia berkata, karena sosialisasi belum jelas mengenai makanan beku, pihaknya sendiri juga belum lakukan edukasi mendalam terhadap pelaku UMKM yang dinaunginya, sebab tidak ingin membebani mereka.

Ia menambahkan, Pemerintah melalui BPOM perlu memandang penting bahwa makanan beku tidak memerlukan PIRT sebab dalam jenis tertentu, makanan masih aman dan sehat dikonsumsi bahkan di atas 6 bulan dan 1 tahun.

"Namanya frozen jadi enggak perlu ada PIRT. Apalagi izin dari pemerintah itu pasti lama, sedangkan orang kan harus melakukan langkah-langkah penjualan dan melaksanakan dagangannya," tutupnya. (Amalia Nur Fitri)

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "ARPI: Tahun 2025, nilai pasar frozen food bisa mencapai Rp 200 triliun"

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas