Penjualan Starbucks Merosot karena Covid-19 Kembali Mengamuk di China
Penjualan Starbucks Corp merosot dan meleset dari perkiraan pasar karena kebangkitan Covid-19 di China
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Penjualan Starbucks Corp merosot dan meleset dari perkiraan pasar karena kebangkitan Covid-19 di China.
Kondisi ini membuat perusahaan menutup toko di beberapa kota besar dan membayangi kinerja yang kuat oleh bisnisnya di Amerika Serikat (AS).
Penguncian baru untuk mengekang penyebaran varian Delta di pasar dengan pertumbuhan terbesar Starbucks di China juga telah memukul bisnis beberapa rantai restoran lainnya, termasuk Yum China Holdings Inc.
Penjualan Starbucks turun 7 persen di China, dibandingkan penjualan pada kuartal keempat. Realisasi ini meleset dari perkiraan pertumbuhan rata-rata dan mengimbangi lonjakan 22 persen di AS.
Perusahaan memperkirakan pertumbuhan penjualan global hanya naik satu digit pada tahun fiskal 2022 saat ini.
Alhasil, saham Starbucks turun lebih dari 4% dalam perdagangan setelah pasar ditutup.
Baca juga: Tangan Wanita Ini Iritasi Usai Pakai Hand Sanitizer yang Tersedia di Starbucks Jepang
Chief Executive Officer Kevin Johnson mengatakan, harga yang lebih tinggi, upah yang lebih tinggi, pengembangan unit baru, otomatisasi di toko, peralatan memasak yang lebih cepat, dan investasi lainnya akan membantunya mengalahkan pesaing dan mendorong margin operasinya ke target berkelanjutan dari 18 hingga 19 persen di tahun fiskal 2023.
Baca juga: Tak Pesan Apapun dan Duduk Selama 1 Jam di Starbucks, Dua Wanita Ini Buat Geram Pelanggan Lainnya
"Inilah saatnya untuk mengambil pangsa pasar yang kami tahu dapat kami ambil, dan perolehan pangsa pasar itu permanen," kata Johnson dalam laporan pendapatan Starbucks.
Perusahaan mengatakan akan membuka 2.000 lokasi baru secara global pada tahun fiskal 2022. Jumlah ini naik dari target 1.173 gerai baru pada tahun 2021, di mana sekitar 75% di antaranya berada di luar AS.
Baca juga: Lecehkan Pengunjung Lewat CCTV, Mantan Pegawai Starbucks Mengaku Menyesal: Saya Baru Tahu Itu Salah
Johnson menolak mengatakan berapa banyak Starbucks akan menaikkan harga Pumpkin Spice Lattes dan item menu lainnya.
Namun dia mengatakan bahwa "kami mengambil harga dan kami akan terus mengambil harga di kisaran inflasi."
Starbucks juga akan berinvestasi dalam peralatan - seperti oven penghangat dan sistem minuman dingin - untuk mempercepat operasi dan membiarkan pekerja melakukan tugas lain.
Rabu lalu, Starbucks menyatakan akan menaikkan gaji untuk pekerja di AS yang setidaknya sudah dua tahun berkerja dan menawarkan bonus rujukan US$ 200, karena bergulat dengan kekurangan tenaga kerja nasional.
Starbucks juga menutup beberapa lokasi lebih awal untuk memindahkan staf ke toko lain, kata Chief Operating Officer John Culver selama pernyataannya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.