Lebih Menjanjikan Mana, Kereta Cepat ke Surabaya atau Bandung? Faisal Basri Punya Pendapat Ini
Ekonom senior Universitas Indonesia Faisal Basri berpendapat, rute kereta cepat Jakarta-Bandung tidak menjanjikan.
Editor: Choirul Arifin
Proyek kereta cepat Jakarta - Bandung sendiri saat ini dikebut pengerjaannya untuk mengejar target operasional di akhir 2022.
Direktur Utama PT KCIC Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan, percepatan pembangunan tunnel, bridge dan stasiun terus dikejar, di mana akan dilayani empat stasiun di sepanjang 142 km jalur KA, yaitu Stasiun Halim, Karawang, Padalarang dan Tegalluar.
Selain pembangun infrastruktur fisik, saat ini rangkaian kereta atau Electric Multiple Unit (EMU) proyek KCJB sudah memasuki tahap produksi di pabrik China Railway Rolling Stock Corporation (CRRC) Sifang yang berada di Qingdao, Tiongkok dengan sistem manajemen mutu terstandarisasi internasional ISO 9001.
Dengan bantuan dari Operation Command Center (OCC), kata Dwiyana, EMU juga dihubungkan dengan peralatan pemantau bahaya akibat gejala alam, seperti curah hujan tinggi, angin kencang, gempa bumi, maupun obyek asing dan tahan api.
![GM Material and Equipment PT KCIC, Jarot A Wibowo (tengah) meninjau kedatangan sejumlah rel sepanjang 50 meter di proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) di Depo Kereta Cepat Tegalluar, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (7/4/2021). Batang rel ini memiliki standar UIC 60 atau R60 yang artinya memiliki berat 60 kg per satu meter, yang akan menjadikan lintasan kereta cepat minim sambungan sehingga mendukung peningkatan keamanan dari perjalanan KCJB. Total ada sebanyak 12.539 batang rel kereta yang akan diangkut, didatangkan langsung dari Cina menuju Pelabuhan Tanjung Intan Selatan Cilacap, diangkut menggunakan kereta angkutan ke Stasiun Rancaekek. Setelah itu rel dibongkar di Depo Tegalluar, Rancaekek. Tribun Jabar/Gani Kurniawan](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/kedatangan-perdana-rel-kcjb-di-depo-kereta-cepat-tegalluar_20210407_203201.jpg)
“Kereta yang digunakan lebih cepat dari kereta konvensional yang sudah ada, lebih modern. Termasuk dilengkapi dengan monitoring system di dalam kabinnya, seperti monitoring pantograf, suhu ruangan, tegangan dan arus listrik, status pintu di tiap kereta dan lain sebagainya," ujar Dwiyana, Senin (1/11/2021).
"Selain itu material EMU dibuat fire resistance atau tahan api menyesuaikan standard yang ada,” sambungnya.
Dwiyana menjelaskan EMU untuk KCJB dirancang mampu meminimalisir getaran dan kebisingan.
Dengan begitu penumpang dapat merasakan pengalaman menaiki kereta yang dapat melaju hingga kecepatan operasi 350 km per jam dengan nyaman.
“Kebisingan dan getaran EMU yang digunakan untuk rangkaian kereta cepat berada di level yang paling rendah atau minimum,” paparnya.
Lebih lanjut Dwiyana memaparkan, desain EMU yang digunakan pada KCJB nantinya memiliki muatan lokal.
Pada desain eksterior, EMU untuk proyek KCJB memiliki warna merah dan silver dengan bentuk luar yang sekilas mirip Komodo.
Hal ini tercermin pula di eksterior EMU KCJB yang menggunakan motif corak segitiga yang merepresentasikan sisik Komodo.
Warna merah pada desain eksterior EMU mengambil inspirasi dari warna Merah Putih bendera kebangsaan Indonesia.
"Muatan lokal lain yang diangkat yaitu Batik Mega Mendung," paparnya.