Produktif di Usia Muda, Petani Milenial Binaan Pupuk Kaltim Ini Jadi Pahlawan Masa Kini
Sektor pertanian kini banyak memancing minat sebagian milenial untuk terjun karena dinilai memiliki prospek yang sangat baik.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Bahkan dalam satu tahun, dirinya bisa memanen buah ini sebanyak 4 kali untuk masa tanam selama 60 hari atau sekitar 2 bulan.
Potensi inilah yang ia anggap memiliki keuntungan yang jauh lebih unggul dibandingkan komoditas lainnya.
Bertani semangka, kata Iqbal, tidak membutuhkan masa panen yang lama dan tentunya memberikan prospek menjanjikan bagi para petani penggarap yang ingin menggeluti profesi ini secara berkelanjutan.
Nah, dalam menggarap tiap satu hektare lahannya ini, laki-laki ini pun kini telah menugaskan 4 orang.
Satu orang merupakan tenaga musiman, sedangkan 3 lainnya ditugaskan untuk membantu mengelola.
Sehingga jika dihitung secara keseluruhan, Iqbal kini telah memiliki sekitar 100 petani yang dipekerjakan untuk menggarap seluruh lahan yang dikelolanya.
"Tiap satu hektare lahan, saya mempercayakan pada 4 orang. Satu tenaga musiman ditambah 3 anggota pengelola, sehingga saat ini ada sekitar 100 petani yang tergabung," tegas Iqbal.
Melihat kisah Iqbal, tentu kata-kata bijak 'Tidak ada kerja keras yang mengkhianati hasil' memang bisa disematkan pada perjalanan bisnisnya sebagai Agripreneur ini.
Ia berhasil menciptakan lapangan pekerjaan dan menjadi pahlawan masa kini bagi 100 petani.
Namun kisah suksesnya ini tidak lepas dari peran Pupuk Kaltim melalui Program Makmur Pupuk Kaltim yang difokuskan pada peningkatan kesejahteraan para petani.
Ini merupakan upaya proaktif Pupuk Kaltim dalam membangun dan memberdayakan masyarakat sekitar perusahaan agar mampu memajukan ekonomi lokal.
Iqbal menilai bahwa program ini sangat membantu para petani seperti dirinya untuk bisa hidup lebih sejahtera.
Hal itu karena ada banyak aspek yang didukung oleh perusahaan tersebut demi mendorong agar petani bisa maju dan mandiri.
Mulai dari kemudahan akses mendapatkan modal, bibit dan sarana pertanian lainnya, hingga proses pendampingan serta edukasi agar petani bisa mengoptimalkan produktivitas tanamannya.