Pemerintah Klaim Industri Garmen Diuntungkan oleh Gejolak China dan AS
Airlangga menyebutkan Amerika Serikat saat ini tidak mau hanya bergantung pada suplai produk dari satu negara saja.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, industri garmen RI dapat keuntungan dengan geopolitik China dan Amerika Serikat (AS).
Airlangga menyebutkan Amerika Serikat saat ini tidak mau hanya bergantung pada suplai produk dari satu negara saja.
"AS tidak mau bergantung dengan adanya disruption value chain, hanya dari satu negara," ujarnya dalam acara "12th Kompas100 CEO Forum: Ekonomi Sehat 2022" di Jakarta, Kamis (18/11/2021).
Terlebih lagi, salah satu di antara negara yang dianggap mampu menyuplai barang ke dunia sepanjang pandemi Covid-19 adalah Indonesia.
Baca juga: Rencana Aturan Tarif Safeguard Garmen Impor harus Dihitung Dampaknya
"Karena itu, PMI Indonesia naik all time high di 57,2, sehingga momentum golden moment ini tidak boleh lepas. Pemerintah pasti akan dukung sektor-sektor (garmen) seperti ini," kata Airlangga.
Baca juga: API: Safeguard Garmen Bisa Selamatkan IKM dari Serbuan Impor
Di sisi lain, dia menambahkan, sebetulnya pengusaha secara keseluruhan sudah dapat suntikan 'vaksin' duluan dari pemerintah.
"Suntikan 'vaksin' dalam bentuk insentif PPh Pasal 25 yaitu untuk tenaga kerjanya dan alhamdulillah tahun ini permintaannya lebih besar dari anggaran, sehingga itu menunjukkan bahwa ekonomi bergerak," pungkasnya.