Genjot Kinerja, Hasnur Internasional Tambah Armada Kapal Tunda dan Tongkang
Emiten PT Hasnur Internasional Shipping Tbk (HAIS) menambah armada kapal tunda dan tongkang untuk memperkuat kinerja perseroan.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Hasnur Internasional Shipping Tbk (HAIS) menambah armada kapal tunda dan tongkang untuk memperkuat kinerja perseroan.
Direktur Utama PT Hasnur Internasional Shipping Jayanti Sari mengatakan, dengan penambahan armada tersebut, perseroan akan semakin berkembang dan bisa melayani pelanggan dengan lebih baik lagi.
"Penambahan kapal juga sebagai upaya memperkuat armada HAIS yang selanjutnya akan mendorong kinerja perseroan," ujar Jayanti, Jumat (19/11/2021).
Kapal yang didatangkan perseroan adalah jenis kapal tunda Hasnur 113 dan kapal tongkang 333 berukuran 330 feet yang mampu mengangkut kargo curah sebanyak 10 ribu metrik ton.
Dengan penambahan ini, armada perseroan menjadi 12 set armada kapal tunda dan tongkang dengan kapasitas angkut yang bervariasi, mulai 7.500 ton hingga 10.000 metrik ton dan 1 kapal pengangkut minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO).
Baca juga: Cina Blokir Kapal Filipina dan Tembakkan Meriam Air di Laut Cina Selatan
Pada awal September 2021, HAIS melantai di Bursa Efek Indonesia melalui IPO dengan melepas 525,25 juta saham baru atau 20 persen dari total modal disetor dan ditempatkan penuh.
Perseroan menetapkan harga saham IPO di level Rp 300 per saham, dan meraih dana sebesar Rp 157,57 miliar dari IPO.
Baca juga: 15 Kapal Terbakar Saat Berada di Kolam Galangan PT Tegal Shipyard Utama
Sebanyak 46 persen dari hasil IPO untuk belanja modal untuk membeli tiga set armada kapal dan tongkang, dengan indikasi harga senilai Rp150 miliar.
Selanjutnya, 23 persen akan disalurkan kepada entitas anak HRT dalam bentuk pinjaman untuk pembelian peralatan mendukung rencana pengembangan, serta peningkatan fasilitas dalam menjalankan kegiatan usahanya di bidang jasa kepelabuhanan.
Kemudian, sebanyak 31 persen akan digunakan untuk modal kerja untuk mendukung kegiatan operasional.